Kunci dari metode ini adakah ketika kita mengolah tanah (soil treatmen), dengan melibatkan  Mikrobachter  MA-11 minimal 100 juta populasi per  gram tanah maka imunitas tanah akan terbangun. Jumlah  atau komposisi populasi microbachter ini sudah kami simulasi sejak  15 tahun lalu tepatnya tahun 2008 melalui model CFD  interflow soil control yaitu peran microba tanah dalam
meningkatkan laju infiltrasi agar mendekati kondisi ideal dalam hadapi iklim  paling ekstrim , dan Alkhamdulillah hasil temuan teknologi ini mampu selamatkan banyak petani agar tidak gagal panen dan sekaligus selamatkan lingkungan hidup agar  berkelanjutan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia di berbagai propinsi sejak tahun 2011 telah terapkan Teknologi Biosoildam MA-11 dalam upaya menjaga Ketahanan Pangan dan Inflasi daerah dan Nasional khususnya terhadap 3 komoditas utama yang berpengaruh langsung pada Inflasi yaitu Cabe, Bawang Merah dan Padi. Program ini sebagai bentuk Inisiasi di seluruh Indonesia dalam kegiatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (Gernas PIP) dalam bentuk  demplot sehingga diharapkan akan  dilanjutkan oleh Pemerintah Daerah setempat menjadi Demfarm yang lebih luas dan beragam komoditasnya.
Prestasi petani dengan terapkan teknologi Biosoildam MA-11 hasilkan padi minimal 12 Ton /Ha , Cabe 15 Ton/ Ha , Bawang Merah sampai 18 Ton/ Ha. Saat ini juga diterapkan untuk komoditas yang mempunyai peluang eksport seperti Kopi, Cacao, Panili dll. Selain hasil meningkat tajam 2 kali lipat maka biaya menjadi murah yaitu hanya 30% s/d 50 % dari biaya konvensional, karena semua komponen diambil dari lingkungan setempat dan mudah diterapkan karena terukur dan cepat berporoses.
Pemantauan dari teknologi ini terus dilakukan, sebagai contoh demplot di Asem Doyong Pemalang Jawa Tengah mulai diterapkan dengan MA11 pada tahun 2013, indikasi keasaman saat itu di skala 5 dan meningkat ke normal pada tahun 2022 menjadi 6,5. Tingkat hara tanah masif juga mengalami kenaikan dari awal yang hanya 300 uS/cm meningkat menjadi 1100 uS/cm ini membuat hasil panen meningkat yang semula hanya 5 Ton/Ha menjadi 15 Ton/Ha dengan penurunan jumlah pupuk dasar (superbokashi) yang semula membutuhkan 10 Ton/Ha menjadi hanya 3 s/d 5 Ton/Ha. Sehingga dari infografis secara jelas bisa dilihat nilai ekonomi dan nilai konservasinya tentu ini juga menjadi tujuan dari ProKlim dimana kemakmuran bisa terwujud ditengah lingkungan yang terkendali dan berkelanjutan,jelas Nugroho.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H