***
Dualisme bekerja membangun semesta. Bahkan ruang juga konon memiliki kebalikannya; waktu. Lawan kata ruang adalah waktu. Namun keduanya saling membangun, dalam konsep kinerja alam raya; mekanisme kosmos. Apakah kita selalu mendapat kesimpulan keliru, ketika mencoba memahami metafisika dengan fisika?
Yah, dan kita selalu menemukan hal yang bertentangan dalam dualisme. Ruang itu nyata, sementara waktu imajiner. Ruang itu kosong, sementara waktu memenuhi semua. Dan kita tak mengerti dimensi seutuhnya, karena apa yang terlukis dalam kanvas tak bisa menegaskan bentuknya. Dia mungkin harus keluar dan menjadi sesuatu yang seutuhnya.
Mungkinkah kita bersembunyi dimana, kesendirian tanpa dualisme itu tercipta? Kita yang terjebak dalam satu sisi, gelap misalnya, meskinya bisa melihat putih. Atau selamanya segala jadi tak terlihat.
Apakah kita percaya pada dongeng, yang berkisah tentang kehidupan bahagia tanpa nestapa? Bahkan orang tua yang berusaha memberikan hal itu kepada anaknya, justru membuat sejarah mencatat sebuah nama; Sidartha Gautama.
***
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H