Akhirnya adegan-adegan pencegahan berlebihan mungkin akan makin memicu ketakutan masyarakat. Orang jadi panik kalau mendengar kabar tetangga sebelah ada yang meninggal karena korona. Lalu kian menimbulkan pemahaman kuat, kalau yang meninggal divonis korona seperti menjadi kabar memalukan. Cobaan pahit kematian, pun harus ditambah dengan risiko jadi bahan pembicaraan.
Seharusnya mereka mendapatkan pemulasaraan yang layak, dan diperlakukan sebagaimana biasanya. Yang telah merawat jenazah perlu untuk mandi, lalu sudah cukup. Apa yang membuat orang begitu ketakutan?
Namun lamunan itu segera saya gantung. Entahlah, sebaiknya bagaimana. Saya bukan dokter dan praktisi kesehatan. Namun hanya masyarakat biasa yang heran, jika virus korona itu sendiri juga akan mati bersama jenazah yang telah menjadi almarhum, kenapa orang masih ketakutan?
Walaupun Nahdlatul Ulama bukan badan kesehatan, saya sangat menyambut rekomendasi dari NU yang menyatakan bahwa jenazah korban korona harus diperlakukan dengan layak sebagaimana biasanya. Mendapatkan hak dan kehormatannya. Toh, dalam rekomendasi itu juga seingat saya disebutkan, tidak terjadi apapun pada mereka yang memulasarakan jenazah positif korona dengan semestinya.
***
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H