Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Binatangisme; Kehidupan Tanpa Hierarki ala Novel George Orwell

4 Oktober 2020   06:00 Diperbarui: 4 Oktober 2020   06:38 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edisi lama berbahasa Inggris dan Indonesia. Ada juga versi terjemahan dari pak Bakdi Soemanto yang diterbitkan Bentang Pustaka. (dokpri)

Banyak sastrawan hari ini yang meramu karya dengan apik. Lembut mengalir bahasanya. Dan ada sastra klasik yang lebih menekankan simbolisme dalam cerita.

Metafora mungkin tidak begitu penting bagi karya semacam itu, sebab jika ingin menikmati bahasa yang membuai, orang bisa membaca puisi.

Tapi sekarang puisi juga "dibukukan" menjadi novel, atau esai. Orang-orang mulai menggabungkan dua hal itu menjadi satu. Menarik saat dalam sebuah karya, ada kekuatan deskripsi, narasi, sekaligus pembaca seolah-olah sedang membaca puisi.

Dan karena sebuah buku menjadi begitu rumit, akhirnya pembaca jadi kesulitan untuk sekedar memahami apa maksudnya. Sekadar merangkum kembali pemahaman yang sebenarnya sederhana.

Cara berbelit-belit, atau gaya bahasa yang anggun dan menawan itu menawarkan kesenjangan bagi pembaca yang ingin sekedar menikmati cerita.

Dan yang terpenting tentu adalah belajar dari pengalaman pengarangnya. Seorang pencetus ide, dengan buku yang kecil dapat menularkan kesadaran kepada banyak orang. Kesadaran pribadi berkembang menjadi kesadaran publik.

Dari sebuah karya tulis, bisa saja muncul gerakan sebesar revolusi. Yang menumbangkan rezim dan negeri nan digdaya.

Atau mungkin Animal Farm lebih mirip dongeng sebelum tidur. Sebab ceritanya yang cenderung fantasi. Dapat mengantar seseorang dalam mimpi, sebab kembang tidur kadang identik dengan pengalaman yang mustahil.

Namun mengapa novel itu jadi laris mungkin adalah misteri, sebab semua orang butuh tidur. Dan beberapa dari mereka yang insomnia akan senang sekali saat ada yang mendendangkan lullaby. Sampai kantuk itu datang, dan lagu yang sama tanpa bosan telah diulang hingga seribu kali.

Saat kita masih percaya bahwa sebenarnya binatang bisa saling berkomunikasi dengan bahasa yang fasih. Saat ada manusia, mereka diam. Tapi tatkala sang majikan pergi, mereka bisa bergosip sesuka hati.

Dan kita juga percaya bahwa mainan telah mengelabui kita. Mereka sebenarnya mungkin saja hidup dan bisa bergerak seperti dalam cerita Toy Story.

***
Lalu apa jadinya andaikan para binatang itu sebenarnya berakal, dan menyadari bahwa sepanjang hidup mereka, mereka telah diperbudak manusia? Disuruh melakukan kerja paksa? Apakah mereka akan menyusun pemberontakan? Melakukan balas dendam? Terdengar agak aneh.

Kecuali mungkin para binatang peliharaan, yang diberi makanan kalengan berharga puluhan ribu oleh tuannya yang kaya. Sesuatu yang bahkan menjadi santapan seminggu sekali bagi para pekerja pada umumnya, tapi sudah menjadi menu sehari-hari untuk seekor kucing blasteran yang beruntung.

Dan selalu ada yang bisa jadi nyata di dunia cerita. Ketika para binatang dengan komunitasnya: Binatangisme, hidup tanpa tuan, tanpa manusia, mereka membentuk ekosistem tanpa hierarki. Sesuatu yang sungguh mereka benci. Mereka menganut ideologi jika semua binatang adalah setara.

Meskipun dalam arti yang sesungguhnya, mereka tak bisa melepaskan diri dari kenyataan bahwa ada yang lebih pintar, ada yang lebih kuat, dan pada akhirnya ada yang mengambil peran untuk mengatur kegiatan sehari-harinya.

***

Bagi saya, kisah ini memiliki simbolismenya sendiri yang menarik. Meskipun tak butuh ada celoteh kebijaksanaan, dan kiranya cerita ini saja sebenarnya sudah bisa menghibur.

Sedikit yang saya sadari adalah Animal Farm memainkan retorika, andaikan saja. Andaikan saja hidup ini tak memiliki hierarki, apa yang terjadi? Andaikan saja semua benar-benar setara. Apakah kehidupan akan berjalan dengan tertib sepenuhnya?

Seolah di dunia ini sesuatu tak diciptakan berpasangan. Bila siang tanpa malam, bila matahari tanpa bulan, bila laki-laki tanpa perempuan.

Hipotesis menyebutkan, seharusnya hidup yang sama rata pada awalnya akan berjalan baik-baik saja. Tapi ternyata dalam komunitas Binatangisme sekalipun, yang membenci hierarki, dan menyatakan bahwa semua berkedudukan sama, akan dengan alami membentuk ekosistemnya. Perlahan-lahan.

Yang cerdas pada akhirnya akan memimpin, dan yang kuat akan menang. Hukum alam itu sudah lama tak terbantahkan, meskipun dalam kawanan yang menjunjung tinggi persamaan.

Dan di puncak tertinggi, bila ada lebih dari satu, akan terjadi persaingan juga. Siapakah yang akan duduk di "singgasana"?

Pada akhirnya semua akan sama saja. Intinya akan kembali seperti semula, hanya dengan bentuk rupa yang berbeda. Seperti halnya yang hidup di alam liar, sebenarnya tak akan bisa menghapus rantai makanan, betapapun mereka membenci itu.

Komunitas Binatangisme yang dulu diperbudak manusia, setelah bisa "mengkudeta" majikannya, giliran diperbudak oleh keinginan mereka sendiri yang tiada henti. Hanya saja, sekarang mereka bekerja keras dengan bahagia.

Kadang kita menginginkan suatu kehidupan yang sesuai dengan bayangan kita. Sesuatu yang kita pilih. Tapi kadang pada akhirnya semua tak berjalan seperti rencana.

***

Novel ini seperti menyindir komunisme. Lengkap dengan peran tentang propaganda. Doktrin hidup yang melelahkan dan penuh kerja keras itu sebenarnya adalah kemerdekaan. Masyarakat kelas buruh dan pekerja yang hidup dalam ideologi Marxisme-Leninisme. Tak ada tempat bagi feodalisme.

Meskipun kehidupan seperti itu juga pada hakikatnya gagal menjanjikan kebahagiaan sejati. Mereka bahkan jadi harus bekerja lebih keras. Dan menerima makanan yang lebih sedikit. Karena mereka akhirnya dipimpin oleh hewan bertangan besi yang pandai memainkan panggung sandiwara.

Tapi saat buku ini selesai ditulis, dan mulai diterbitkan, Uni Soviet belum runtuh. Jadi, apakah yang sedang ditebak oleh George Orwell?

***

Menarik saat kita sendiri yang akhirnya mencoba menerka. Setiap karakter dalam cerita mungkin saja melambangkan satu fraksi atau tokoh nyata.

Napoleon menggambarkan Joseph Stalin. Snowball mewakili Leon Trotsky, pemimpin oposisi yang menentang Stalin, dan akhirnya disingkirkan (juga dalam novel George Orwell!).

Old Major mungkin cocok memainkan Karl Marx atau Vladimir Lenin. Squealer bisa dibilang kebagian peran Vyacheslav Molotov si orang kepercayaan Stalin, yang bertugas melakukan propaganda. Bahkan ada juga anjing-anjing galak Napoleon, yang mungkin melambangkan NKVD, polisi rahasia Stalin.

Moses si burung gagak mungkin adalah kaum ortodoks Rusia. Lalu ada Benjamin yang bisa kita sebut sebagai golongan cendekiawan. Dan tentu saja ada kelas buruh dan pekerja, juga kelas menengah, seperti Boxer, Clover, dan Mollie. Dan tokoh aristokrat mungkin saja adalah si manusia Mr. Jones, kaisar Rusia terakhir yang digulingkan, Tsar Nicholas II.

Bahkan mungkin ada kejadian besar yang disisipkan, seperti perang dunia kedua. Dimana dalam cerita George Orwell, Napoleon (Joseph Stalin) pada awalnya melakukan pakta non agresi dengan Mr. Frederick (Adolf Hitler, lewat perjanjian Molotov-Ribbentrop). Tapi ternyata Mr. Frederick mengingkari perjanjian itu dengan menyerang Animal Farm (Operation Barbarossa).

Lalu di akhir cerita, Napoleon akhirnya justru melakukan kesepakatan dengan Mr. Pilkington (mungkin mewakili Winston Churchill, dan Harry S. Truman dalam perjanjian Potsdam).

Bagaimana menurut Anda?

Sekian...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun