Baca juga: Al Quran dan Hadits dan Buku Islam Seharusnya Tidak Diterjemahkan Karena Sedikit Banyak Merubah Arti
Catatan tambahan tentang mutawatir. Sebenarnya hadis mutawatir itu jumlahnya sangat sedikit bila dibandingkan dengan hadis ahad. Namun sudah ada kitab yang khusus mengumpulkan hadis-hadis mutawatir. Seperti kitab al-Azhar al-Mutanastirah karya imam Suyuthi.
Kemudian agar suatu hadis bisa dikategorikan mutawatir, tentunya memiliki beberapa syarat prosedural. Ini biasanya dibahas lebih lanjut dalam kitab-kitab musthalah.
Hadis mutawatir sendiri nanti juga dibagi dua. Ada yang mutawatir baik lafadz dan maknanya (redaksi dan esensi). Tapi ada juga yang sekedar maknanya saja.
Contoh hadis yang mutawatir lafadz dan maknanya,
Hadis tersebut yang meriwayatkan sangat banyak. Lebih dari tujuh puluh sahabat menurut sebuah keterangan, meriwayatkan hadis tersebut dengan redaksi lafadz yang sama persis demikian.
Ada juga yang mutawatir hanya secara esensi. Makna dan maksudnya saja. Seperti hadis-hadis tentang kesunahan mengangkat tangan saat berdoa. Ratusan sahabat meriwayatkan bahwa nabi ketika berdoa mengangkat kedua tangan beliau.Â
Tapi redaksi hadisnya berbeda-beda meskipun konklusinya sama. Maksudnya sama. Adakalanya nabi berdoa dengan doa ini, atau doa yang lain misalnya. Tergantung dalam situasi apa.
Baca juga: Adab-adab Periwayatan Hadits
Ada esensi yang bisa ditangkap, yaitu berdoa itu sunah mengangkat tangan. Nabi selalu melakukan itu. Tapi apakah ada hadis mutawatir yang langsung menjelaskan bahwa mengangkat tangan itu sunah berdoa? Apakah ada perintah langsungnya dengan redaksi hadis yang mutawatir? Saya kurang tahu.
***