Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menakar Kemampuan Diri agar Bisa Konsisten dalam Beribadah

29 Juni 2020   05:30 Diperbarui: 29 Juni 2020   05:43 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika salah seorang diantara kalian mengantuk dalam salatnya, hendaklah ia tidur terlebih dahulu hingga hilang kantuknya.

Karena jika salah seorang dari kalian tetap salat, sedangkan ia dalam keadaan mengantuk, ia tidak akan tahu, mungkin ia bermaksud meminta ampun tetapi ternyata ia malah memaki dirinya sendiri."

Banyak pelajaran berharga dari hadis tersebut. Sebenarnya banyak hadis yang sejenis. Seperti kita diperintahkan untuk mengakhirkan salat jika cuaca sedang panas-panasnya. Juga seingat saya, kita disuruh makan terlebih dahulu, jika kita menginginkan makanan yang memang sudah tersedia. Dan seterusnya.

Tidak bermaksud sama sekali untuk menurunkan motivasi dan semangat dalam beribadah. Tapi kita dalam beribadah dianjurkan untuk "menakar" diri.

Seberapa kemampuannya? Jangan sampai akhirnya cuma semangat di awal-awal saja. Tapi kemudian bosan di tengah jalan.

Akan lebih baik, jika ibadah bisa istiqomah dan konsisten, meskipun sedikit yang bisa dilakukan. Sebab sampai pada batas itulah kemampuan seseorang. Lebih dari itu, kadang karena "memaksakan diri" yang berujung pada keterpaksaan. Dan akhirnya tidak bisa konsisten. Sebab merasa bosan atau tertekan.

Padahal ibadah itu hal yang sepatutnya adalah disyukuri... Meskipun itu sedikit. Agar bisa kian bertambah. Hari demi harinya.

***

[Fanatik dalam Amaliah]

Ulama salaf itu gak ada yang fanatik terhadap amal ibadah. Gak ada kok ulama dulu membesar-besarkan ibadah mereka. Meskipun kenyataannya ibadah mereka luar biasa. Yang diutamakan adalah bagaimana tarkul ma'shiyat wa asbaabihaa. Muroo'ah 'anil ma'aashi. Dijaga jangan sampai berbuat dosa dan kesalahan. Atau menyakiti makhluk hidup. Bukannya fanatik terhadap amaliah.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun