"Jika salah seorang diantara kalian mengantuk dalam salatnya, hendaklah ia tidur terlebih dahulu hingga hilang kantuknya.
Karena jika salah seorang dari kalian tetap salat, sedangkan ia dalam keadaan mengantuk, ia tidak akan tahu, mungkin ia bermaksud meminta ampun tetapi ternyata ia malah memaki dirinya sendiri."
Banyak pelajaran berharga dari hadis tersebut. Sebenarnya banyak hadis yang sejenis. Seperti kita diperintahkan untuk mengakhirkan salat jika cuaca sedang panas-panasnya. Juga seingat saya, kita disuruh makan terlebih dahulu, jika kita menginginkan makanan yang memang sudah tersedia. Dan seterusnya.
Tidak bermaksud sama sekali untuk menurunkan motivasi dan semangat dalam beribadah. Tapi kita dalam beribadah dianjurkan untuk "menakar" diri.
Seberapa kemampuannya? Jangan sampai akhirnya cuma semangat di awal-awal saja. Tapi kemudian bosan di tengah jalan.
Akan lebih baik, jika ibadah bisa istiqomah dan konsisten, meskipun sedikit yang bisa dilakukan. Sebab sampai pada batas itulah kemampuan seseorang. Lebih dari itu, kadang karena "memaksakan diri" yang berujung pada keterpaksaan. Dan akhirnya tidak bisa konsisten. Sebab merasa bosan atau tertekan.
Padahal ibadah itu hal yang sepatutnya adalah disyukuri... Meskipun itu sedikit. Agar bisa kian bertambah. Hari demi harinya.
***
[Fanatik dalam Amaliah]
Ulama salaf itu gak ada yang fanatik terhadap amal ibadah. Gak ada kok ulama dulu membesar-besarkan ibadah mereka. Meskipun kenyataannya ibadah mereka luar biasa. Yang diutamakan adalah bagaimana tarkul ma'shiyat wa asbaabihaa. Muroo'ah 'anil ma'aashi. Dijaga jangan sampai berbuat dosa dan kesalahan. Atau menyakiti makhluk hidup. Bukannya fanatik terhadap amaliah.
.