Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ahmad Tohari, Kurma, Kelapa, dan Harmonisasi Budaya

10 Juni 2020   06:00 Diperbarui: 10 Juni 2020   06:42 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

CATATAN TENTANG AHMAD TOHARI DAN HARMONISASI BUDAYA

Saya suka dengan cara bertutur pak Ahmad Tohari. Baik dalam novel maupun cerpen-cerpen beliau. Sepanjang yang saya tahu, kisah-kisah yang diceritakan oleh beliau adalah dongeng yang sederhana. Mengangkat dan menyoroti kehidupan yang ada di sekitar kita. Tapi akan menjadi tajam dan mendalam, saat kita berhasil menangkap pesan-pesan tersembunyi yang berusaha disisipkan di dalamnya.

Atau misalnya saja, pemikiran yang saya temukan dalam salah salah satu tulisan beliau yang bukan mengangkat tema fiksi. Walaupun saya belum pernah membaca buku Harmoni dalam Budaya Jawa, yang pengantarnya di tulis oleh beliau, tapi wacananya menarik.

Pengalaman dan keinginan sederhana pak Ahmad Tohari untuk melihat pohon kurma langsung di bumi asalnya, menimbulkan pertanyaan sederhana. "Mengapa kurma tak tumbuh subur hingga berbuah saat ditanam di tanah Jawa?"

Padahal, pohon kelapa yang "bersaudara" dengan kurma saja bisa tumbuh menjulang tinggi, berbuah dan subur jika ditanam di halaman rumah.

Mengapa? Pertanyaan itu terjawab sendirinya dengan wawasan akan sains. Karena baik kelapa dan kurma, "membutuhan kondisi-kondisi lokal yang sudah beproses sejak ribuan tahun sebelumnya untuk mencapai pertumbuhan yang optimal".

Ibarat ikan yang bisa hidup di laut, namun akan mati saat dibawa ke daratan. Jadi, semua spesies butuh habitat dan ekosistem sendiri.

Lantas menjadi menarik saat akhirnya kita renungkan ini dalam ranah yang "lebih serius". Hubungan antara agama dan lokalitas. Agama dan budaya. Agama dan kultur.

Islam bukanlah pohon kurma, yang jika dibawa ke Indonesia tak akan "tumbuh subur". Sebab Islam sejatinya bisa hidup dimanapun.

"Pendapat Tohari tegas: Islam tidak boleh menjadi tamu di manapun. Ia harus mampu bersenyawa dengan segala kondisi dimana ia datang. Mesti tercipta hubungan harmonis antara Islam dengan unsur-unsur lokal. Tentu setelah dilkukan proses penyaringan terhadap hal-hal yang bertentangan dengan nilai dasar Islam."

Kalau diperhatikan, Islam akan menerima kebudayaan apapun dimanapun, asalkan tidak melanggar nilai-nilai pokoknya. Dengan sebab itulah, salah satu alasan mengapa Islam bisa hidup dan diterima dimana saja.

Jika masih ada yang mempertentangkan pertemuan Islam dan budaya lokal, maka lihatlah analogi pak Ahmad Tohari tentang kurma dan kelapa.

Mengapa kurma tak mau berbuah di tanah Jawa, dan kenapa kelapa juga enggan hidup di Arab sana?

Islam tidak pernah mempermasalahkan arsitektur, tidak menggugat wayang, tidak mengecam tradisi selamatan tiga hari atau tujuh hari (yang selanjutnya "disesuaikan" menjadi tahlilan).

Namun pohon kurma mempermasalahkan kultur tanah dan iklim tropis Indonesia. Sehingga disini, kurma akhirnya menjadi "tamu", dan tidak bisa "menyatu". Tidak bisa tumbuh subur seperti kelapa.

Andaikan saja kita tinggal di suatu tempat, kemudian disana terus menerus menggugat masyarakat dan tradisi, bukan tidak mungkin akhirnya dengan sendirinya kita yang akan "terlempar" karena tak mampu beradaptasi.

Maka memaklumi perbedaan dan memahami lingkungan itu penting... Agar dimanapun kita bisa hidup, tanpa harus menjadi "tamu". Dimanapun kita bisa diterima, dan segera dapat "menyatu".

Wallahu a'lam...

***
8 Juni 2020 M.

islami.co

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun