CATATAN TENTANG AHMAD TOHARI DAN HARMONISASI BUDAYA
Saya suka dengan cara bertutur pak Ahmad Tohari. Baik dalam novel maupun cerpen-cerpen beliau. Sepanjang yang saya tahu, kisah-kisah yang diceritakan oleh beliau adalah dongeng yang sederhana. Mengangkat dan menyoroti kehidupan yang ada di sekitar kita. Tapi akan menjadi tajam dan mendalam, saat kita berhasil menangkap pesan-pesan tersembunyi yang berusaha disisipkan di dalamnya.
Atau misalnya saja, pemikiran yang saya temukan dalam salah salah satu tulisan beliau yang bukan mengangkat tema fiksi. Walaupun saya belum pernah membaca buku Harmoni dalam Budaya Jawa, yang pengantarnya di tulis oleh beliau, tapi wacananya menarik.
Pengalaman dan keinginan sederhana pak Ahmad Tohari untuk melihat pohon kurma langsung di bumi asalnya, menimbulkan pertanyaan sederhana. "Mengapa kurma tak tumbuh subur hingga berbuah saat ditanam di tanah Jawa?"
Padahal, pohon kelapa yang "bersaudara" dengan kurma saja bisa tumbuh menjulang tinggi, berbuah dan subur jika ditanam di halaman rumah.
Mengapa? Pertanyaan itu terjawab sendirinya dengan wawasan akan sains. Karena baik kelapa dan kurma, "membutuhan kondisi-kondisi lokal yang sudah beproses sejak ribuan tahun sebelumnya untuk mencapai pertumbuhan yang optimal".
Ibarat ikan yang bisa hidup di laut, namun akan mati saat dibawa ke daratan. Jadi, semua spesies butuh habitat dan ekosistem sendiri.
Lantas menjadi menarik saat akhirnya kita renungkan ini dalam ranah yang "lebih serius". Hubungan antara agama dan lokalitas. Agama dan budaya. Agama dan kultur.
Islam bukanlah pohon kurma, yang jika dibawa ke Indonesia tak akan "tumbuh subur". Sebab Islam sejatinya bisa hidup dimanapun.
"Pendapat Tohari tegas: Islam tidak boleh menjadi tamu di manapun. Ia harus mampu bersenyawa dengan segala kondisi dimana ia datang. Mesti tercipta hubungan harmonis antara Islam dengan unsur-unsur lokal. Tentu setelah dilkukan proses penyaringan terhadap hal-hal yang bertentangan dengan nilai dasar Islam."
Kalau diperhatikan, Islam akan menerima kebudayaan apapun dimanapun, asalkan tidak melanggar nilai-nilai pokoknya. Dengan sebab itulah, salah satu alasan mengapa Islam bisa hidup dan diterima dimana saja.