Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tentang Film "The Post" Garapan Stephen Spielberg yang Menyingkap Peran Sejati Jurnalistik

12 Mei 2020   04:41 Diperbarui: 12 Mei 2020   05:02 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, disinilah menurut saya peran dunia jurnalistik profesional. Hadir untuk membuka mata masyarakat akan kejadian sesungguhnya yang ditutup-tutupi pemerintah. Meskipun itu artinya harus "berperang" dengan pemerintah.

Negara memiliki protokol keamanan sendiri untuk melindungi arsip dan data yang bersifat sensitif. Dan peristiwa terkait perang Vietnam menyangkut hal yang sangat penting bagi reputasi Amerika.

Menjadi masalah saat ada media yang membocorkan data itu ke masyarakat. Tapi bukankah masyarakat harus tahu kenyataan apa yang sebenarnya?

Disitulah ada orang yang naluri jurnalistik investigasinya tergerak. Melacak kebenaran. Dan berani mempertaruhkan nyawa, demi meluruskan kenyataan. Risiko apapun ditempuh. Dan saya gak berpikir kalau mereka bekerja sekedar untuk uang atau popularitas. Mereka mungkin bekerja karena naluri. Mereka menunaikan tugasnya sebagai abdi masyarakat.

Menurut saya film ini menghentak kesadaran kita. Membuka mata akan dunia jurnalistik yang seharusnya. Bagaimana wartawan menyampaikan berita. Bagaimana sedikit banyak kerja dapur mereka.

Luar biasa The Washington Post. Wartawan mereka berbakat. Itu kata saya. Deadline semepet itu, berhasil mereka selesaikan juga.

Kita bisa melihat bagaimana The Washington Post bersaing dengan New York Times. Sebagai rival, tentunya ada intrik bisnis juga. Biasa toh, yang namanya sisi lain kompetisi pasar. Pasti banyak hal menarik.

Tapi The Washington Post benar-benar nekat. Tetap menjalankan naluri jurnalistik mereka. Meskipun nyata-nyata New York Times berada dalam bahaya karena menyinggung rahasia perang Vietnam. The Washington Post tetap mengikuti jejak New York Times.

Orang-orang seperti inilah yang sepatutnya mungkin ditiru oleh banyak media di Indonesia.

Saya seperti bisa ikut merasakan kegundahan dan dilema yang dirasakan Kay Graham, pemilik The Washington Post. Entah bagaimana harus bersikap menuruti insting jurnalistik bawahannya seperti Ben Bradlee. Sebab Kay Graham punya pertimbangan lain juga agar The Washington Post tidak sampai dicekal pemerintah. Ia juga punya tanggung jawab atas nasib para karyawan kalau sampai The Washington Post dibreidel.

Tapi Kay Graham tetap pada pendiriannya. Meskipun itu berarti juga siap merisikokan diri untuk masuk penjara. Dan menutup perusahaan miliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun