Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Opera Van Java Setelah Aziz Gagap Tiada Lagi

10 April 2020   13:43 Diperbarui: 10 April 2020   13:53 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar tahun 2008 lalu, mungkin acara Opera Van Java memulai debut. Seingat saya. Program komedi yang idenya berasal dari mas Whisnutama ini seperti dirancang sebagai tema yang out of the box. 

Dulu pertama kali tayang, belum dapat jatah setiap hari. Hanya sekian hari sekali tiap minggunya seingat saya. Sebab saya pernah jadi penonton setia saat masih sekolah menengah dulu.

Ciri khas yang sederhana tapi segar, dan apa adanya. Guyonan yang memang gak dibuat-buat. Natural sekali lawakan mereka dulu. Di hati saya Opera Van Java dengan komposisi lawas hanya bisa digantikan oleh guyonan cerdas dari konsep acara seperti PeristawaNet punya Cak Lontong. Lucu yang apa adanya.

Tentu saja semua orang punya selera. Saya suka begini anda suka begitu. Tidak sama sekali menjadi masalah. Dalam konsep seperti apapun, sebenarnya Opera Van Java akan tetap memiliki penggemar. Itu sudah jadi hukum alam.

Seiring rating acara yang terus naik, acara tersebut makin gencar. Jadwalnya makin padat. Hingga akhirnya menyaingi sinetron jadi setiap hari. Saya pikir apakah mungkin jika setiap hari on air, kualitas akan tetap terjaga? Meskipun itu hal lucu, tapi jika setiap hari melihat hal lucu yang sama, akhirnya jadi gak lucu sama sekali. Malah membosankan. Tapi Opera Van Java pada awal-awal, menurut saya mematahkan mitos itu. Rating dan tingkat share acara terus naik.

Tapi akhirnya satu persatu komposisi asli mereka runtuh. Sule pertama kali keluar. Andre Segera menyusul.

Komposisi yang sudah sangat pas jadi tidak "klop" lagi menurut penilaian orang. Mereka yang nonton akhirnya lama-lama jadi bosan, dan banyak yang mengatakan sudah gak seperti dulu lagi. 

Bisa ditebak, rating acara akhirnya turun drastis. Opera Van Java ibarat Srimulat yang seolah memiliki paduan pas tersendiri. Mereka berhasil membangun merk.

Acara yang semula dapat jatah di jam prime time, terpaksa pindah jadwal tayang. Seingat saya jam lima sore atau jam empat. Gak begitu ingat. Seolah-olah sudah "sekarat". Tapi tetap dipertahankan jangan sampai gulung tikar.

Ya akhirnya kita tahu Opera Van Java tidak tayang lagi beberapa saat setelah itu.

Entahlah ini nasib, keberuntungan, atau bagian dari strategi marketing, lama-lama banyak yang kangen. Akhirnya muncul program "Kangen OVJ". Menampilkan tayangan ulang OVJ lama yang dinostalgiakan. Ditayangkan ulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun