Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Drama Prank dan "Konten Sampah"

26 Agustus 2020   06:58 Diperbarui: 26 Agustus 2020   06:54 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Jhunnel Sarajan

Coba kalau yang dikasih itu Michael Hartono bos bank BCA itu. Mungkin beliau bakalan bilang, "kamu niat ngasih uang gak sih? Mau perusahaan televisi kamu saya beli, terus divisi tim kreatif sama tim produksi acara Uang Kaget saya pecat semua?" Ups, drama banget.

Dan ternyata salah satu keluarga saya adalah penggemar berat acara macam begitu. Selalu duduk manis melihat acara Bedah Rumah dan yang se genre dengannya. Ibu saya juga bakalan terharu dan ikut menangis saat aktor utama dalam reality show itu terisak sedih.

Cuma saran saya, terserah mau gimana. Tapi mbok ya drama menjual kepedihan orang itu jangan berakhir di keuntungan konten kreator semata. Itu intinya. Kan namanya simbiosis parasitisme. 

Kalau dramanya sudah berakhir, giliran konten kreator dapat banyak harta. Mandi uang. Lah yang dijadikan objek konten malah dilupakan. Entah itu di televisi ataupun di YouTube. 

Atau bahkan di artikel-artikelnya Tribunnews.com dan seluruh kroninya yang daripada mbahas reuni 212. Atau mbahas resep masakan. Niat gak sih, Tribunnews kok mbahas resep sama lirik lagu?

Cobalah tengok kisah pak Ryan Arebuabo dari Filipina. Beliau ini sakit. Jadi kondisi ekonomi beliau lagi kurang bagus. Beliau ini dulu viral gegara seseorang lihat beliau pas lagi makan di restoran sama anaknya. Beliau gak makan agar anaknya bisa makan. Ada seseorang yang mengekspose kejadian tersebut. Membagikannya di jagat maya. 

Imbasnya banyak orang jadi peduli dan buatin rekening untuk donasi. Sekarang akhirnya beliau bisa jualan dan mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. 

Minimal kalau pergi ke restoran itu lagi, udah bisa makan bareng sama anak beliau. Gak cuma sekedar menunggu anak kesayangan selesai makan dengan perut belaiu yang masih terasa lapar. Kalau gitu kan gak jadi konten drama.

Membantu orang itu tak perlu orang lain tahu. Yang penting bagaimana yang dibantu bisa merasakan manfaatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun