Bahkan dikasih uang tip segala macam. Dia akan minta maaf dan bilang ini hanya prank. Selesai... Dan kita yang nonton gak dapat apa-apa. Malah rugi karena kuota mipit yang sedianya buat kirim whatsap harus mubazir sia-sia. Eh, tapi maaf. Ralat. Bukan kita. Karena saya gak ikut nonton.
Dan ternyata video macam begitu dulu begitu laku. Konon katanya ada yang bahkan sampai hampir lima juta kali ditonton. Gila gak sih, dengan penonton segitu, kalau dikumpulkan itu orang semua. Butuh lima puluh stadion Wembley di Inggris dengan penonton yang full semua gak sih...Â
Kampanye presiden Jokowi aja yang di GBK paling ditonton sama live penonton berapa sih, 80.000 ada ya? Terus akhirnya, Itu dapat duit dari adsense nya yakin gak bakalan sebanding dengan modal yang dikeluarkan.
Bagaimanapun juga konten macam begitu akhirnya hanya mengundang simpati. Ada yang bilang, "Ya kasihan dong bapak ojolnya. Yah kasian dong jangan mempermainkan profesi dia. Konten yang lebih berguna ada gak sih." Dan bla-bla-bla.Â
Banyak kok sebetulnya konten yang bagus di YouTube, yah kayak Dude Perfect misalnya menurutku. Tapi terlalu banyak dari kita hanya nonton video unfaidah. Dan mengesampingkan yang berfaidah. Konten yang bagus malah jarang laku.
Dan akhirnya, banyak yang mengecam konten prank macam itu. Contoh saja Reza Oktavian, yang akhirnya dapat pujian dia. ini semacam bom atom gak sih? Yang memancing reaksi berantai dari... gak tahu ding.Â
Bukan pakar fisika. Yah, well... Walau gak menafikan juga banyak yang nonton konten prank karena penasaran, walau mungkin gak sampai selesai. Karena berbagai hal. Salah satunya faktor kuota mungkin.
Kembali ke inti tulisan ini. Apa yang sebenarnya ingin saya tulis? Gak ada. Cuma curhat saja. Cerita semacam ini sebenarnya sudah ada dari dulu. Seperti saya singgung diatas. Sudah gak kaget.Â
Dulu juga biasa orang menjual adegan tangis macam bapak ojol. Kalau dulu adanya di televisi. Di acara macam uang kaget. Bedah rumah. Mikrophon pelunas utang. Dan lain-lain. Itu sebenarnya sama saja kali?
Yah bukannya saya bermaksud mengkritik. Soalnya saya juga belum bisa ngasih uang sebanyak itu seperti kalian. Tapi kasihan gak sih ada orang dikasih uang sepuluh juta, terus disuruh ngabisin dalam waktu satu jam.
Disuruh lari-lari sama teriak-teriak. Beli ini itu sambil buru-buru. Yah gak sih, kalau mau kasih ya kasih aja jangan dibatasi waktu. Untung beliau orang gak punya. Jadi mau aja dikasih.Â