Orang akan memilih barang kedua. Padahal aslinya sama. Pemerintah akan mengatakan 80 persen rakyat sejahtera. Tapi yang benci sama pemerintah akan pakai bahasa yang lain. Misalnya, 20 persen masyarakat masih miskin. Akhirnya ada kesan negatif. Dan prestasi 80 persen jadi hilang sama sekali. Gak diperhatikan dan gak dianggap.Â
Ini perlu disadari. Lebih-lebih kalau sudah ditambahi dalil. Sekarang orang begitu sensitif dengan tema agama. Jadi mohon tidak memancing keributan. Ada tulisan, berita. Terus dikasih dalil fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Wal fitnatu asyaddu minal qotl. Bagi orang awam mereka langsung percaya. Tapi pahamkah maksud ayatnya? Apakah fitnah dalam dalil tersebut benar artinya ujaran kebencian? Padahal setahu saya bukan demikian maksud ayatnya. Wallahu a'lam.
Jangan mudah terbawa psikologi dan giringan opini penulis. Tapi belajar untuk mengurut benang merah. Kalau bisa menguasai diri tidak mudah di kemudikan oleh tulisan orang. Yang menarik dari tulisan memang kadang bukan isinya. Tapi pembawaannya. Saya pernah kecewa lihat film 5cm. Lebih baik baca novelnya. Iya, novelnya lebih bagus dalam pembawaan bahasa. Dibandingkan filmnya, yang hanya karena lebih populer. Bacalah novelnya. Sesekali. Kadang membaca buku saya bukan penasaran sama isinya, tapi ingin tahu bagaimana penulis menyampaikan ceritanya.
Kalau bingung mau menulis dari mana? Mulailah dari hal yang paling dikuasai. Dan hal yang menyenangkan menurut kita. Nanti lama-lama juga akan belajar hal lain. Mau gak mau waktu akan menuntun. Seperti ibadah, mendoktrin orang, pertama gak harus bisa langsung ikhlas. Tapi bertahap. Yang penting dilakukan secara konsisten. Bagaimana bisa konsisten? Buatlah kegiatan itu jadi semenyenangkan mungkin. Awal-awal, anggap saja ini sekedar have fun.
Intinya sederhana. Gak semua orang bisa membuat konten. Jadi setidaknya, jadilah pembaca yang baik.
Jumat, 06 Maret 2020 M.
Sedang ingin curhat pagi ini. Tulisan suka-suka, jadi isinya juga suka-suka. Mohon dikoreksi kalau ada yang salah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H