Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Miniseri "Chernobyl"

23 Maret 2020   07:11 Diperbarui: 23 Maret 2020   07:14 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tahu Dylatov salah besar malam itu. Ia sudah suntuk mungkin, karena melakukan tes berkali kali dan terus menerus gagal. Ia mungkin hanya ingin cepat selesai. Dan saat tes itu berhasil, dia bisa segera naik pangkat. Maka ia menempuh segala risiko. Membahayakan PLTN sampai titik maksimal. Ibarat mobil, hanya orang bodoh dan ceroboh yang mau begini. 

Sebuah mobil, dikemudikan dengan kecepatan maksimum, saat kondisi hujan lebat, cuaca berkabut, dan dari dua persimpangan jalan yang dipilih adalah jalan yang rusak dan licin. Bagaimana mungkin tidak terjadi kecelakaan? Sebenarnya tidak, karena Dylatov begitu percaya dengan desain PLTN itu. 

Ia percaya, kondisi terburuk sekalipun akan selamat. Karena mobilnya dilengkapi rem. Tapi firasat Dylatov meleset sepenuhnya. Mobil itu ternyata cacat desain. Rem yang seharusnya menghentikan mobil, justru membuat mobil tergelincir. Lengkap sudah. PLTN yang didesain dengan daya 3.200 Megawatt melonjak hingga 33.000 Megawatt.

Kecelakaan Chernobyl adalah malapetaka yang sangat unik. Campur aduk antara human error dan cacat desain. Jika human error ini saja tanpa ada cacat desain, PLTN itu tak akan pernah meledak. Meskipun seluruh protokol keamanan sudah dilanggar. Ini yang dirahasiakan Uni Soviet. Cacat desain akan membuat citra Soviet buruk. 

Padahal jika tidak dibenahi, masih ada enam belas PLTN yang sama dengan cacat desain yang sama. Artinya musibah Chernobyl bisa jadi bukan yang pertama. Ini serius. Tapi bagaimanapun gawatnya kenyataan ini, pemerintah tak mau mengakui. Mengakui desain cacat, sama saja dengan mengakui kebohongan yang sudah mereka lakukan.

Ketika negara-negara tetangga di Eropa mulai mengajukan komplain, karena tanpa sebab di negara mereka muncul paparan radiasi, Soviet tetap mengelak. Swedia yang juga punya PLTN yang bekerja normal, namun merasakan paparan radiasi yang melonjak menaruh curiga. Hingga akhirnya Soviet terdesak dan terpaksa mengakuinya. Percaya atau tidak, kita bisa mengenang kecelakaan ini sebagai kisah kecil yang menjadi semacam pengantar, salah satu musabab runtuhnya negara "baru" yang belum lama membunuh kaisarnya sendiri itu.

Kisah tentang PLTN Vladimir Ilyich Lenin ini, jauh lebih panjang. Butuh berjam-jam untuk menceritakannya. Anda mungkin harus melihat sendiri, jika penasaran tapi bosan menonton film dokumenter yang menjemukan. Seluruh jawaban masuk akal ada di akhir film. Atau jika tidak peduli, maka kisah seram ini hanya akan berakhir sama seperti berita sampah tentang politik. 

Atau kabar tentang kegemparan virus Corona. Tak akan ada artinya bagi kehidupan kita. Tak akan mengubah apapun. Bahkan jika kita tahu banyak, hidup ini tidak akan berubah sejengkal pun. Akan tetap seperti ini. Karena itu sebenarnya bukan urusan kita. Kita bukan ilmuwan nuklir dan fisikawan. Yang harus tahu dengan detil peristiwa itu. Detik demi detiknya. Agar kesalahan yang sama tak kembali terjadi.

***

Saya tidak mau merepotkan diri sendiri untuk menulis semua detil peristiwa saat itu. Pasti bagi sebagian orang akan sangat membosankan. Saya masih percaya, tulisan yang bagus itu tidak membocorkan semua rincian kejadian. Tapi tulisan yang bagus, memilih diksi yang tepat untuk membuat pembacanya penasaran. 

Dan mendorongnya untuk membaca lebih banyak tulisan lain, sebagai pembanding. Tulisan yang bagus, menaikkan selera membaca. Bukan membuat orang semakin menyesal telah membaca. Lagi pula bagiamana pekerjaan ini bisa menjadi menyenangkan, kalau kita melakukannya dengan terpaksa. Tak pernah ada hal yang membosankan, saat kita bisa melakukannya dengan bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun