STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT MASSENREMPULU
Masyarakat memegang peran penting dalam interaksi sosial. Masyarakat sendiri terdiri atas sekumpulan manusia yang hidup bersama secara teratur. walaupun disebutkan sebagai sekumpulan kelompok manusia, namun dari kumpulan tersebut masih ada pembeda baik individu maupun kelompok yang bersifat horizontal maupun vertikal dan merupakan gejala sosial yang umum di kalangan masyarakat. pembeda horizontal ini dikenal sebagai diferensiasi sosial, merupakan adanya pembeda individu-individu tanpa adanya peringkat, baik itu etnis, agama, jenis kelamin, ras dan lainnya. Sedangkan perbedaan secara vertikal merupakan pembeda individu-individu dengan adanya pelapisan-pelapisan sosial secara hierarki. Sehingga timbul pertanyaan, mengapa timbulnya perbedaan dalam suatu kelompok masyarakat dengan melihat lapisan-lapisan sosial secara verikal yang wujudnya dapat berupa lapisan tinggi hingga lapisan yang lebih renda, baik secara individu maupun kelompok di dalam masyarakat?.
Hal tersebut karena di dalam suatu masyarakat dan meskipun interaksi yang terjalin begitu erat, dimanapun dan pastinya mempunyai sesuatu yang ingin dihargai. Sesuatu yang dihargai dapat berupa; kekayaan, status keturunan, ilmu pengetahuan yang dimiliki, tingkatan ekonominya, kekuasaan, pekerjaan, status sosial dan lainnya. Dengan demikian, sesuatu yang dihargai dalam suatu kelompok masnusia akan menciptakan lapisan atau kedudukan seseorang di dalam suatu masyarakat. dengan kata lain disebut sebagai stratifikasi sosial.
Stratifikasi dapat diartikan sebagai pembeda kedudukan atau posisi sosial individu dalam masyarakat secara hierarki. Dapat juga diartikan sebagai pengelompokan masyarakat baik secara sosial, ekonomi, atau politik. Dengan demikian dari pembeda antara posisi sosial yang satu posisi sosial yang lainnya dengan melihat pada perbedaan kekayaan, status keturunan, ilmu pengetahuan yang dimiliki, tingkatan ekonominya, status sosial, kekuasaan, dan lainnya.
Stratifikasi memiliki sifat, baik secara universal, maksudnya sederhananya suatu kelompok masyarakat, akan tetap ada stratifikasi sosial. Selain itu, stratifikasi sosial juga bersifat selalu ada dari masa ke masa, meskipun mengalami perubahan-perubahan baik tipe, jenis, dan sebagainnya. Dan terakhir yang sifatnya diturunkan secara turun-temurun. Posisi sosial seseorang sama dengan posisi sosial orang tuanya secara hierarki, kecuali perubahan sosial itu mengalami mobilitas sosial yang sifatnya naik maupun turun.
Dahulu masyarakat Massenrempulu telah mengenal stratifikasi atau pelapisan sosial. Saat itu Massenrempulu masih berupa pecahan-pecahan kerajaan kecil. Jauh sebelum datangnya bangsa kolonialisme di Indonesia. Namus sebelum itu, kita harus mengenai sejarah lahirnya stratifikasi sosial, yang tidak lepas dari pengaruh masuknya agama Hindu di Indonesia. Saat itu Indonesia masih berupa kerajaan-kerajaan dengan masuknya agama Hindu dan lambat laun menerapkan sistem kasta di masyarakat. Masuknya Hindu bukan hanya pengaruhnya terhadap agama yang dibawa, melainkan juga peradaban saat itu. Sehingga dari masuknya Hindu ke kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia saat itu, secara tidak langsung membawa pengaruh pelapisan sosial kerajaan-kerajaan di nusantara. Di Massenrempulu yang masih berupa kerajaan-kerajaan kecil, walaupun secara tidak langsung pengaruh masuknya Hindu di Nusantara juga mempengaruhi pelapisan masyarakat di Massenrempulu saat itu, karena selisih waktu yang begitu lama. Namun hal yang lain harus diketahui, pengaruh adanya pelapisan sosial di masyarakat juga disebabkan oleh adanya hubungan individu-individu di kehidupan sehari-hari dengan melihat posisi sosial, hal ini pula yang menyebabkan timbulnya pelapisan baru.
Adapun pelapisan sosial masyarakat di Massenrempulu (saat ini Enrekang) dan masih relevan hingga saat ini berdasarkan pada konsep Tomanurung. Masa Tomanurung sendiri sebagai masa awal lahir atau terbentuknya kerajaan-kerajaan kecil dahulu di Massenrempulu. Dari konsep ini, selain lahirnya sistem kerajaan. Selain konsep Tomanurung, hal lain juga menjadi terbentuknya pelapisan sosial karena dipengaruhi oleh adanya sesuatu yang ingin dihargai, dipuja-puja, baik itu status keturunannya dalam suatu kerajaan yang dimiliki, kekuasaannya pada suatu masyarakat, ekonomi yang dimiliki, dan lainnya. Dari hal ini yang memicu terjadi pemicu terjadinya posisi sosial individu dengan individu yang lainnya saat pemerintahan masih berupa kerajaan-kerajaan, tetapi tetap relevan dengan masa kini. Sebab mengacu pada sifat pelapisan sosial yang selalu ada dari masa ke masa. Maksudnya ialah pelapisan sosial akan tetap akan ada mulai pelapisan dilakukan pada sistem kerajaan hingga saat ini. Juga mengacu pada sifat yang diturunkan secara turun-temurun, hal ini juga salah satu sifat dari pelapisan sosial yang susah mengalami mobilitas sosial yang ditunjang oleh lingkungan yang mendukung, individu-individu dapat menerima dan tahu betul mengenai sejarah pelapisan tersebut.
Konsep pelapisan masyarakat Enrekang saat ini masih didasari pada konsep awal (konsep Tomanurung) masa lalu. Dan hal ini juga, masa Tomanurung sebagai pelopor berdirinya kerajaan di Enrekang saat itu diperkirakan pertama berdiri pada abad ke-XV. Dalam konsep pelapisan sosial berdasarkan konsep Tomanurung, juga terjadi sistem hubungan atau interaksi antara individu dengan individu lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Keturunan Tomanurung dengan posisi sosial yang lebih tinggi ketimbang dengan masyarakat biasa. Hal ini juga mengakibatkan lahirnya pelapisan baru yang kedudukannya lebih rendah atas masyarakat biasa.
Adanya juga hubungan antara golongan Tomanurung dengan masyarakat atau rakyat biasa dalam kehidupan sehari-hari mengakibatkan lahirnya pelapisan baru dengan posisi sosialnya yang lebih rendah, disebabkan karena kelahirannya berbeda dengan pelapisan sosial yang petama. Bentuk stratifikasi masyarakat Enrekang masa lalu adalah sebagai berikut:
1. Golongan To Puang (bangsawan)
Kaum bangsawan memegang pelapisan sosial tertinggi pada masyarakat. pemerolehan posisi sosial tertinggi masyarakat saat itu ditunjang oleh faktor garis keturunan, kekuasaan, hingga kekayaan yang dimiliki. Adapun beberapa kaum bangsawan dalam masyarakat Enrekang masa lalu sebagai berikut:
- Arung / Puang
Nama gelar dari seorang raja dahulu di masyarakat Enrekang dan sebagai pemegang pelapisan sosial tertinggi yaitu Arung/ Puang. Pada umumnya Arung atau Puang maupun keturunannya dianggap oleh masyarakat sebagai titipan dan merupakan keturunan langsung Tomanurung. Arung atau Puang sebagai pemimpin sebuah kerajaan, mengatur semua pemerintahan kerajaan yang dibantu oleh golongan bangsawan lainnya dengan tugasnya masing dalam membantu raja (Arung/ Puang) dalam pemerintahannya.
- Sullewatang
Pemegang pelapisan sosial tertinggi setelah raja dan sebagai bagian dari golongan bangsawan yaitu Sallewatang. Sallewatang sendiri sebagai nama gelar atau biasa disebut sebagai wakil raja. Tugasnya yaitu membantu sementara pekerjaan raja dalam kekuasaannya dalam memimpin sebuah kerajaan Disini, Sullewatang sementara mengurus pelaksanaan pemerintahan jika raja berhalangan atau faktor-faktor tertentu dengan melaporkan mengenai kegiatan atau situasi masyarakat yang nantinya akan dilaporkan kepada raja..
- Pabbicara
Selanjutnya mengenai Pabbicara sebagai penasehat kerajaan sekaligus sebagai pengurus dalam hal peradilan. Selain itu Pabbicara juga sebagai dewan adat bersama dengan Sullewatang dengan tugas mengawasi sekaligus melaporkan situasi di dalam masyarakat, jika raja sedang berhalangan.
Dari ketiga pelapisan sosial masa lalu di Enrekang, peranan garis keturunan, kekuasaan, jabatan yang dimiliki menjadi pembeda posisi sosial individu satu dengan individu yang lainnya.
2. Golongan To maradeka (Rakyat biasa)
Golongan kedua yang memegang pelapisan sosial menengah setelah golongan bangsawan ialah golongan To maradeka (Rakyat biasa). Keberadaan golongan To maradeka di masa lalu mempunyai peranan yang penting dalam suatu kerajaan. Golongan ini juga bukan diperhamba atau dijadikan sebagai budaknya raja sebagai pemegang pelapisan sosial kelas tertinggi saat itu. Golongan To maradeka terdiri atas; pedagang, petani, pengrajin, dan lainnya. Ketiga bagian kelas menengah ini, mempunyai pengaruh dalam kerajaan, sebab sebagai objek pembangunan di masyarakat. sebagai objek pembangunan, dengan ditugaskan untuk menjalankan perekonomian masyarakat. Sehingga kadang-kadang dianggap sebagai saluran mobilitas yang dapat menaikkan posisi sosial khusunya para pedagang. Walaupun pedagang memiliki peran dalam pertumbuhan ekonomi di kerajaan, raja tetap menganggap sebagai pemegang pelapisan sosial tertinggi.
Dari pedagang dalam menjual produk pengrajin dan hasil tanam petani, dan dari petani menjual ke pedagang atau diberikan ke kerajaan. Sehingga adanya keterkaitan antara lapisan sosial atas dan menengah.
3. Golongan To kaunan (Hamba/ Budak milik para bangsawan)
Golongan yang ketiga sebagai pemegang pelapisan sosial kelas paling bawah dalam masyarakat Massenrempulu masa lalu ialah golongan To kaunan. Golongan ini dianggap sebagai golongan yang menempati lapisan terendah karena golongan pengabdi atau hamba sahaya. Golongan To kaunan terdiri atas; orang-orang tawanan perang, orang-orang yang telah melanggar hukum adat, pelayan kerajaan, budak raja, pekerja pertanian (buruh), dan lainnya. Golongan To maradeka bisa saja mengalamai pelapisan sosial dari kelas sosial menengah jika melanggar hukum adat yang telah dilanggar, mengalami mobilitas sosial ke kelas sosial terendah. Bahkan seorang raja bisa mengalami perubahan, yang stratifikasi sosialnya dari yang paling tinggi bisa ke paling rendah, jika mengalami kegagalan dalam sebuah perang dan menjadi tahanan oleh kerajaan lain.
Namun, dari ketiga golongan pelapisan masyarakat Massenrempulu masa lalu, masih relevan dengan pelapisan sosial masyarakat saat ini, meskipun terdapat perubahan. Perubahan tersebut sesuai dengan sifat pelapisan atau stratifikasi sosial; selalu ada dari masa ke masa, meskipun mengalami perubahan-perubahan baik tipe, jenis, dan sebagainnya. Pelapisan sosial tertinggi saat ini di masyarakat Enrekang dengan kembali lagi melihat pada pembeda-pembeda antara posisi sosial yang satu posisi sosial yang lainnya dengan melihat pada perbedaan kekayaan, status keturunan, ilmu pengetahuan yang dimiliki, tingkatan ekonominya, status sosial, kekuasaan, dan lainnya.
Pemegang pelapisan sosial tertinggi masyarakat Massenrempulu saat ini, pastinya memiliki yang namanya prestige. Prestige sendiri diartikan sebagai seseorang dapat berada di lapisan paling tinggi apabila memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang lain. Dengan melihat pada baik pada keturunan sendiri, seperti keturunan Puang di Enrekang. Meskipun sekarang sistem pemerintahan telah berubah, tetapi keturunan Puang tetap masuk pada posisi sosial kelas atas sebab pemerolehannya secara turun-temurun dan tidak semua orang sebagai keturunan Puang (Bangsawan). Seperti hanya dengan melihat pada kekuasaan dan sejalan dengan pendidikan, seorang Bupati di Enrekang  juga termasuk ke dalam pelapisan sosial teratas, sebab tidak semua orang bisa menjadi seorang bupati ataupun wakil Bupati dengan pendidikan yang tinggi. Kekayaan juga memegang pelapisan sosial teratas, seperti para pengusaha-pengusaha karena adanya kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Maksudnya ialah para pengusaha tidak dibebani pikiran akan kebutuhan hidupnya karena cukup mapan.
Adapun pemegang pelapisan sosial kelas menengah seperti halnya masa lalu, pelapisan sosial menengah saat ini dalam menjalankan perekonomian dari masyarakat, untuk masyarakat, dan oleh masyarakat, seperti pedagang, petani, pengrajin, dan lainnya. Namun bisa saja yang sebelumnya dikategorikan sebagai kelas menengah, kemudian berubah status kelas atas terjadi karena beberapa faktor seperti; pada perkawinan, sudah ada kekayaan, pendidikan yang tinggi, dan lainnya. Sehingga dari faktor tersebut timbulnya mobilitas sosial yang menaikkan posisi sosial seseorang.
Dan pelapisan sosial kelas bawah saat ini, walaupun sudah ada perubahan di masa lalu baik jenis, tipe, dan lainnya. Yang dulunya kelas sosial bawah masa lalu seperti budak, tahanan perang, dan orang-orang yang melanggar hukum adat. Telah mengalami perubahan jenis, tetapi masih relevan dengan saat ini di masyarakat Massenrempulu dalam pelapisan sosial terendah seperti; buruh, pengemis, pembantu, dan lainnya. Dikategorikan dalam kelas sosial bawah, salah satunya persoalan yang masih dibebani akan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Daftar Pustaka
Sritimuryati, S. (2013). Sejarah Enrekang. Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Pattinasarany, I. R. I. (2016). Stratifikasi dan mobilitas Sosial. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Palisuri, D., & Said, A. M. (2006). Sepenggal kisah dari Kabupaten Enrekang: Rekaman data arkeologi yang mengungkapkan jati diri Massenrempulu. (Sepenggal Kisah Dari Kab. Enrekang, 1-21).
Indriana, F. (2019). Mengenal Masyarakat Indonesia. Loka Aksara: Tangerang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H