Mohon tunggu...
Kampret Semedi
Kampret Semedi Mohon Tunggu... -

Manusia yang baru belajar menulis, sehabis semedi, agar bisa turut sekedar berbagi , meski hanya berita basa basi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pembela Tuhan?

18 Desember 2017   13:15 Diperbarui: 18 Desember 2017   13:20 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Adalah  utama untuk mencintai Tuhan Allahmu dengan sepenuh hati.

Mencintai juga sesamamu manusia, seperti kamu mencintai dirimu sendiri.

Petikan kisah 1:

Suatu hari ada seorang gila yang entah dengan maksud apa, mengencingi kitab suci agama A.

Sontak berita itu tersebar dan membuat para pemeluk agama tersebut gusar, marah dan merasa agama mereka telah dilecehkan dengan teramat sangat.

Maka mereka meluapkan amarah bukan saja pada si orang gila tersebut, tapi sialnya juga pada etnis darimana si gila berasal. Alhasil,satu bocah dibunuh atas nama membela agama. Membela Tuhan. 

Tragis!

Kisah nyata atau fiksikah ini? Tanyakan pada  para pelakunya atau rumput yang bergoyang goyang disana, mungkin mereka tahu jawabnya.

 Petikan kisah 2:

Seorang bapak duduk diam, saat mendengar Tuhan yang dipercayaiNya dilecehkan. Tuhan berkolor. Siapa BapakNya, siapa BidanNya? Lalu disambut ha ha ha dan hi hi hi dari para hadirin yang mendengarnya.

Kisah nyatakah ini atau fiksi? Tanyakan pada para pelakunya atau rumput yang bergoyang.

-- end of story.

Pantaskah marah dan meluapkan emosi dengan demo masal berjilid jilid?

Rasanya mungkin pantas bagi sebagian orang. Saat merasa agama dan Tuhan mereka dihina dan dilecehkan.

Tapi bagi si Bapak , diam bukanlah lemah. Dalam diamlah, kekuatannya.

Akupun bertanya kok bapak diam saja , saat agama bapak dihina seperti itu? Dan apa jawabnya?

Anak muda, seribu kali kau katakan bahwa emas itu tahi kuda, tak membuatnya menjadi tahi.

Dan seribu kalipun kau berusaha meyakinkan orang kalau tahi itu emas, tak akan berubah, kotaran kuda tetap saja tahi kuda.

Apakah agamamu menjadi lebih hina dan jelek, saat orang lain melecehkannya?

Apakah Tuhan yang kamu percaya menjadi lebih buruk, karena ujar ujaran mereka?

---- jeda

Tapi Pak,bukankah wajib bagi umat untuk membela agamanya? Tanyaku  tak puas.

Benar anak muda, wajib hukumnya membela agama tapi bukan Tuhan!

Hah? ---

Kenapa heran anak muda?

Bukankah Tuhan Allah yang kamu percaya, entah apapun agamamu adalah Maha segalaNya? Maha Besar, Maha Kuasa, Maha Akbar dan Dasyat?

Kitalah yang memerlukan pembelaanNya, anak muda, kita. Karena sebentar saja usia kita, lalu lenyap ditelan waktu.

Lalu apa maksud bapak membela agama? Tanyaku heran.

Membela agama perlu bagi mereka yang memakainya sebagai politik, tentu saja ,bukankah begitu?

Dalil dalil agama dipakai dengan menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang dan kekuasaan, bukankan hal itu yang sering mereka lalukan?

Menjadikan agama mainan lidah dengan pemutar balikan ayat ayat suci demi sebuah kepentingan tertentu, bukankan itu terjadi bukan hanya dalam dongeng belaka?

Kamu pernah dengar bukan ada Pendeta A yang katanya penuh Mukzizat luar biasa dalam menyembuhkan, tapi pada akhirnya terbongkar segala tipu muslihatnya dalam membodohi orang orang yang datang guna mencari kesembuhan?

Kejam, tanpa hati nurani, dan bagi Bapak  pribadi, itulah penghinaan pada agama yang sesungguh sungguhnya.

---jeda

Air mata sedikit menitik diwajahnya yang keriput.

--jeda

Tahukah kamu anak muda, orang yang tidak mengerti , mengejek dan menghina dalam ketidak tahuan mereka.

Tapi orang yang mendalami, mengetahui dan paham akan ajaran suatu agama, namun secara sengaja memutar balikan, memanfaatkan, dan tega menipu berjuta juta umat demi kepentingan pribadi, hal seperti itulah  yang Bapak katakan Penghujat terbesar agama.

Seperti  :

Rumahmu tak akan kotor, oleh hinaan dan hujatan dari mereka yang berteriak teriak di depan pintu pagar rumah.

Tapi rumahmu kotor, bila kau asik membuang kotoran , tanpa pernah mau membersihkannya dari dalam rumahmu sendiri.

--jeda

Seperti itulah agamamu.

Seperti itulah rumah hatimu.

Seperti itu pulalah para penista Tuhan dan agamaMu.

--jeda

Bila katamu kau cinta TuhanMu, mengapa kau tak cinta sesamamu, meski dia berbeda warna darimu? 

Bila kau rasa agamamu yang paling benar dan paling patut dijalani, mengapa tak kau contohkan dengan tingkah laku sehari hari?

Bisakah orang yang melihat tertarik hati mengikutimu, bila ujar ujarmu penuh kemarahan, kebencian, teror, ketiada maafan bagi yang bersalah, bahkan pembakaran rumah ibadah yang bukan sealiran dengan imanmu?

Apakan yang kau tebar, benih kasihkah itu, atau benih kebenciaan yang melahirkan sakit hati dan dendam yang mendalam?

--Jeda

Ijinkan dunia ini hidup dalam damai, meski berbeda. Karena keyakinan tak bisa disama ratakan dengan pemaksaan dan teror.

Ijinkan dunia berbenah, menghadapi gejolak alam, tak perlu lagi ditambah dengan perang, apalagi perang dengan mengatasnamakan agama.

--Cintailah TuhanMu, masakah kamu tak akan cinta pada sesamamu juga?

-- Cintailah TuhanMu , masakah kan kau rusak alam dengan segala ketamakanmu merebut kuasa?

Apapun agamamu, cintailah TuhanMu.

--End

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun