Mohon tunggu...
Kamni iwan
Kamni iwan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta hair stylist sekaligus owner boyz two men salon

Lahir jakarta 15 desember 1962. Jenis kelamin: pria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat dari ayah biologismu Kamni yang menantikan pengakuanmu

30 Januari 2025   19:34 Diperbarui: 30 Januari 2025   19:34 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kepada Ayu,

Buah hatiku yang dulu pernah kuabaikan saat kau lahir dan menangis di usia 40 hari.

Anakku Ayu,

Kamni sebagai ayah tahu, surat ini mungkin kau baca dengan keraguan atau bahkan rasa berat hati. Tetapi izinkan ayah menuliskan segala hal yang selama ini terkunci dalam hati ayah, meski kata-kata sederhana ini mungkin tak cukup melukiskan perasaan yang selama bertahun-tahun hanya bisa ayah pendam.

Dua puluh dua tahun yang lalu, ketika pertama kali mendengar tangismu yang muncul di dunia ini, ayah tahu kau adalah anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan. 

Meski perjalanan hidup ayah dan mamahmu tidak berjalan seperti yang diharapkan, satu hal yang tidak pernah berubah adalah cintaku kepadamu, darah dagingku, putriku yang lahir dari harapan dan doa-doa yg kugubah special untukmu.

Namun, perjalanan takdir membawa kita ke jalur yang berbeda. Saat kau dibawa pergi, saat kau dirawat dan tumbuh besar bersama keluarga besar mamahmu yang juga memiliki cinta dan tanggung jawab besar padamu, ayah hanya bisa berdiam dalam bayang-bayang. Ayah tahu, mungkin kau bertanya mengapa ayah tak pernah hadir di setiap langkah kecilmu, tak pernah menjadi tempatmu bersandar ketika kau jatuh, atau bahkan sekadar menjadi saksi kebahagiaan kecil dalam hidupmu. Ayu, ayah tak pernah lupa satu hari pun untuk mengingatmu, meski jarak kita teramat jauh.

Ayah sadar, hubungan kita tidak pernah terjalin seperti yang seharusnya. Kau mungkin menganggap Arif sebagai ayahmu. Ayah tidak pernah ingin mengambil atau menghapus kenanganmu tentang dia, karena Arif adalah orang yang kau anggap ayah kandungmu setelah om Heru tiada. Tetapi di sisi lain, kau harus tahu bahwa ayahmu ini, Kamni, adalah lelaki yang mengaliri darah di dalam tubuhmu, yang juga tak pernah berhenti berusaha menjumpai saat Ayu kecil dirumah tante Jamilah.

Anakku Ayu,

Kau harus tahu, darah adalah bukti yang tak bisa disangkal. Golongan darahmu AB adalah jejak yang menunjukkan keberadaan ayah dalam dirimu. Itu adalah jejak yang telah Tuhan ukir, sebuah bukti biologis yang tak bisa dihapus oleh waktu, cerita, atau kesalahpahaman. Ayah memohon kepadamu, bukan hanya karena ini adalah kewajiban agama, tetapi karena ini adalah keinginan terakhir seorang ayah yang ingin diakui oleh darah dagingnya sendiri.

Anakku Ayu,

Saat ini, kau sedang berada di ambang kebahagiaan besar dalam hidupmu. Kau akan segera menikah, membangun rumah tangga, dan memulai kehidupan baru. Sebagai ayah biologismu, aku memiliki tanggung jawab agama untuk menjadi wali pernikahanmu. Bukan karena aku ingin mengambil hak itu dari  Iyan kakak lelakimu yang mungkin jadi wali pernikahanmu, tetapi karena aku ingin menegaskan posisiku sebagai ayahmu---bukan hanya menurut hukum agama, tetapi juga sebagai pria yang ingin berdiri di sisimu, walau hanya sekali, di momen paling penting dalam hidupmu

Anakku Ayu,

Jika air mata ayah bisa menghapus semua keraguanmu, maka biarkan air mata ini tumpah untukmu. Jika kata-kata ayah tak mampu menjelaskan segalanya, biarkan cinta ayah, yang meski tersembunyi selama bertahun-tahun, menjadi bukti bahwa aku adalah ayahmu. Ayah tidak meminta kau melupakan almarhum Arif. Ayah hanya meminta agar kau memberiku ruang kecil dalam hatimu, untuk berdiri disampingmu dan menyerahkan tanganmu kepada Mas Tirto pria yang kau cintai, sebagaimana aku dulu pernah menyerahkan cintaku untuk mamahmu Melly.

Jika surat ini tak cukup menjelaskan perasaan Ayah, Ayu, maka bukalah hatimu kepada Ayahmu. Lihat ke dalam mata Ayah, dengarkan detak jantung Ayah yang selama ini memanggil namamu "Ayu" dalam setiap menjelang tidur Ayah. Ketahuilah bahwa seorang ayah tidak pernah berhenti mencintai anaknya, meskipun dunia menempatkannya dalam bayang-bayang.

Dengan segala cinta, doa, dan harapan,

Ayahmu,

Kamni

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun