Mohon tunggu...
kamilia nabila
kamilia nabila Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Semoga bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Trip

Menyusuri Pesona Yogyakarta: Liburan Akhir Tahun yang Penuh Petualangan

6 Januari 2025   15:20 Diperbarui: 6 Januari 2025   20:26 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/6BB3I8pem

Perjalanan kali ini terasa sangat istimewa karena saya memutuskan untuk menghabiskan liburan akhir tahun di Yogyakarta, kota yang tidak hanya kaya akan budaya dan sejarah, tetapi juga menawarkan pesona alam yang begitu memukau.

Keputusan ini telah saya rencanakan sejak beberapa bulan sebelumnya. Saya ingin menutup tahun dengan pengalaman yang tak terlupakan, sekaligus meresapi keindahan dan kehangatan Jogja yang selama ini hanya saya dengar dari cerita teman-teman. Tanggal 26 Desember 2024 pagi, saya memulai perjalanan dari Jakarta dengan kereta api, membawa semangat petualangan dan rasa penasaran yang membara.

Perjalanan kereta memakan waktu sekitar tujuh jam, tetapi waktu tersebut terasa singkat karena saya benar-benar menikmati setiap momennya. Sambil duduk di kursi yang nyaman, saya mengisi waktu dengan membaca buku favorit yang sudah lama saya tunda, mendengarkan musik yang menenangkan, dan sesekali memandangi jendela.

Pemandangan sawah hijau yang membentang luas, petak-petak ladang, dan perkampungan kecil yang penuh kehangatan begitu memanjakan mata. Udara segar dari luar sesekali terasa ketika kereta melaju, menambah antusiasme saya untuk segera tiba di Jogja. Tidak ketinggalan, saya omembawa kamera untuk mengabadikan beberapa pemandangan indah sepanjang perjalanan.

Hari Pertama (26 Desember)

Begitu tiba di Stasiun Tugu, saya langsung disambut dengan suasana khas Jogja yang hangat meskipun cuaca sedikit mendung. Ada sesuatu yang istimewa di udara, perpaduan antara keramahan orang-orangnya dan nuansa tradisional yang masih begitu terjaga. Hiruk-pikuk para wisatawan, pedagang asongan, dan penduduk lokal memberikan warna tersendiri.

Dari stasiun, saya langsung menuju penginapan yang sudah saya pesan sebelumnya. Penginapan ini memiliki nuansa tradisional Jawa, dengan interior berbahan kayu jati yang memberikan suasana hangat dan nyaman. Bahkan, aroma khas kayu yang tercium di setiap sudut ruangan membuat saya merasa seperti berada di rumah.

Setelah menyimpan barang dan beristirahat sejenak, saya memulai eksplorasi pertama saya di Jogja dengan mengunjungi Keraton Yogyakarta. Sebagai pusat budaya Jawa, Keraton adalah tempat yang wajib dikunjungi. Saya bergabung dalam tur berpemandu untuk memahami lebih dalam sejarah dan filosofi di balik bangunan megah ini. Pemandu wisata dengan penuh semangat menceritakan kisah-kisah menarik tentang peran Keraton dalam menjaga tradisi Jawa. Saya juga diajak untuk melihat detail ornamen dan arsitektur yang memiliki makna filosofis mendalam. Setiap sudut Keraton memberikan kesan yang mendalam, seolah membawa saya kembali ke masa lalu.

Dari Keraton, perjalanan saya berlanjut ke Taman Sari, bekas pemandian kerajaan yang terkenal dengan keindahannya. Tempat ini benar-benar memukau, mulai dari lorong-lorong bawah tanah yang unik hingga kolam-kolam air yang masih terawat dengan baik. Saya membayangkan bagaimana para anggota kerajaan dulu menikmati waktu mereka di tempat ini. Suasananya begitu tenang, dengan angin sepoi-sepoi yang menyegarkan. Saya tak lupa mengambil banyak foto di berbagai sudut Taman Sari, terutama di spot-spot yang Instagramable. Pemandu wisata juga menceritakan tentang bagaimana Taman Sari dulu tidak hanya menjadi tempat pemandian, tetapi juga menjadi tempat meditasi dan perencanaan strategi kerajaan.

Sore harinya, saya menuju Alun-Alun Kidul, salah satu tempat favorit wisatawan untuk bersantai. Di sini, saya mencoba permainan sepeda lampu yang berwarna-warni. Rasanya sangat menyenangkan, terutama saat melihat tawa dan kebahagiaan orang-orang di sekitar saya. Tidak lupa, saya mencicipi jagung bakar dan wedang ronde yang hangat. Suasana di Alun-Alun Kidul begitu meriah, dengan musik jalanan dan keramaian pengunjung yang menciptakan energi positif. Saya juga mencoba permainan masangin, yaitu berjalan di antara dua pohon beringin besar dengan mata tertutup. Meski awalnya saya ragu apakah bisa berhasil, saya akhirnya melewati tantangan tersebut dengan perasaan puas.
Malam pertama di Jogja saya tutup dengan berjalan-jalan santai di Malioboro. Jalanan ini penuh dengan pedagang kaki lima yang menjual berbagai barang, mulai dari aksesori kecil hingga makanan tradisional. Saya membeli beberapa oleh-oleh kecil seperti gelang, kalung, dan tas batik sebagai kenang-kenangan. Musik jalanan yang mengiringi langkah saya menambah kehangatan malam itu. Tidak lupa, saya juga mencicipi lumpia khas Jogja yang dijual oleh salah satu pedagang kaki lima.
 

Hari Kedua (27 Desember)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun