Setelah merasa cukup beristirahat dan perut kenyang, kami melanjutkan perjalanan. Semakin mendekati tujuan, pemandangan menjadi semakin indah. Jalur menuju Situ Cileunca, tempat kami akan camping, dikelilingi oleh pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi. Sesekali, kami membuka jendela mobil untuk merasakan hembusan angin dingin yang segar. Rasanya, semua kelelahan perjalanan langsung terbayar dengan keindahan yang kami nikmati sepanjang jalan.
Tiba di Situ Cileunca: Persiapan untuk Malam Istimewa
Kami tiba di Situ Cileunca sekitar pukul 9 pagi, setelah menempuh perjalanan yang penuh dengan keindahan alam khas Pangalengan. Begitu kaki melangkah keluar dari mobil, kami langsung disambut oleh udara dingin yang segar dan pemandangan danau yang memukau. Situ Cileunca terlihat seperti lukisan alam yang sempurna. Airnya yang jernih memantulkan langit biru cerah dan pepohonan rindang di sekitarnya. Di beberapa sudut, kabut tipis masih terlihat menggantung di atas permukaan air, menciptakan suasana yang tenang dan damai.
Kami memilih area camping di sisi timur danau, sebuah tempat yang cukup jauh dari keramaian. Letaknya strategis, dengan pemandangan langsung ke danau dan dikelilingi oleh pepohonan pinus yang tinggi. Area ini menawarkan privasi yang kami cari, sehingga suasana terasa lebih intim dan menyatu dengan alam.Â
Setelah menemukan lokasi yang ideal, kami mulai menurunkan barang-barang dari mobil dan mempersiapkan diri untuk mendirikan tenda. Proses mendirikan tenda menjadi pengalaman yang menyenangkan sekaligus menantang. Angin dingin yang bertiup kencang membuat kami harus bekerja lebih cepat, terutama agar tenda tidak terbang terbawa angin. Beberapa kali, kami harus menahan tenda sambil saling membantu memasang pasak dengan kuat ke dalam tanah. Meski sedikit kewalahan, gelak tawa tetap mengisi suasana. Momen ini mengingatkan saya pada masa kecil, saat kegiatan outdoor seperti ini adalah bagian dari liburan keluarga. Perasaan itu membawa nostalgia yang hangat, seolah-olah saya kembali ke masa lalu.
Setelah tenda berhasil berdiri, kami segera menyiapkan peralatan lainnya. Tikar dan kursi lipat kami letakkan di depan tenda, menghadap langsung ke danau, menciptakan ruang kecil untuk bersantai. Kompor portable pun kami siapkan, lengkap dengan bahan makanan yang sudah kami bawa sebelumnya. Tidak lupa, kami menyiapkan kayu bakar untuk api unggun malam nanti. Ada rasa puas yang luar biasa melihat area camping kami akhirnya tertata rapi, siap menjadi tempat istimewa untuk menyambut malam pergantian tahun.
Di siang hari, setelah semua persiapan selesai, kami memutuskan untuk menjelajahi sekitar danau. Situ Cileunca ternyata tidak hanya indah, tetapi juga menawarkan berbagai aktivitas menarik bagi para pengunjung. Beberapa orang terlihat asyik mencoba kayaking dan rafting di Sungai Palayangan, yang alirannya berasal langsung dari Situ Cileunca. Ada juga perahu-perahu kecil yang membawa pengunjung berkeliling danau, memberikan pengalaman berbeda untuk menikmati keindahan dari tengah air.
Bagaimanapun, kami memilih untuk berjalan kaki. Udara segar yang menyelimuti danau dan pemandangan hijau di sekitarnya terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja. Langkah demi langkah, kami menyusuri jalur di sekitar danau, mengobrol santai sambil menikmati suara alam. Sesekali, kami berhenti untuk mengambil foto atau hanya duduk sejenak di bawah pohon, membiarkan diri kami tenggelam dalam ketenangan suasana.
Di tengah perjalanan, kami menemukan sebuah spot dengan ayunan yang menghadap langsung ke danau. Ayunan sederhana ini terbuat dari kayu dan tali tambang, tetapi terlihat begitu pas dengan latar alam yang indah. Kami bergantian mencoba ayunan itu, tertawa bersama sambil menikmati pemandangan. Momen kecil ini, yang begitu sederhana namun bermakna, membuat saya semakin menyadari betapa berharganya waktu yang dihabiskan bersama teman-teman dalam suasana seperti ini.
Saat sore hari mulai mendekat, kami kembali ke area camping untuk bersiap menyambut malam istimewa. Perjalanan singkat ini bukan hanya memberi kami kesempatan untuk mengeksplorasi keindahan Situ Cileunca, tetapi juga mempererat kebersamaan di antara kami.
Sore yang Tenang di Kebun Teh Malabar
Sebelum malam tiba, kami memutuskan untuk mengunjungi Kebun Teh Malabar, yang hanya berjarak sekitar 15 menit berkendara dari Situ Cileunca. Perkebunan teh ini bukan hanya indah, tetapi juga memiliki sejarah panjang. Didirikan pada masa kolonial Belanda, kebun ini menjadi salah satu perkebunan teh terbaik di Indonesia.
Di sana, kami berjalan menyusuri jalan setapak yang dikelilingi hamparan hijau. Beberapa pemetik teh sedang bekerja, memetik daun-daun muda dengan gerakan yang terampil. Saya sempat berbicara dengan salah satu pemetik teh, Ibu Yati, yang bercerita tentang kehidupannya. Ia mengatakan bahwa pekerjaan ini sudah ia lakukan selama lebih dari 20 tahun.