Mohon tunggu...
kamilia nabila
kamilia nabila Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Semoga bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Trip

Menikmati Keindahan Alam dan Refleksi Tahun Baru di Pangalengan

5 Januari 2025   19:54 Diperbarui: 6 Januari 2025   20:29 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/7lymg65Te

Tahun baru selalu identik dengan harapan dan resolusi baru, momen yang sering kali dipenuhi dengan semangat untuk memulai lembaran baru. Namun, kali ini saya ingin menyambut pergantian tahun dengan cara yang berbeda dari biasanya. Alih-alih menghabiskan waktu di tengah hiruk-pikuk pesta malam tahun baru yang penuh sorak sorai atau gemerlap lampu kota, saya memilih untuk merayakannya dalam keheningan dan ketenangan alam. Sebuah pelarian dari rutinitas yang melelahkan dan kebisingan kota yang tak pernah tidur.

Ketika seorang teman mengusulkan ide camping di Pangalengan, sebuah kawasan sejuk di Kabupaten Bandung, saya langsung menyambutnya dengan antusias. Pangalengan dikenal sebagai surga bagi pecinta alam, dengan pemandangan yang seakan tak pernah habis untuk dinikmati. Kebun teh hijau yang membentang luas, pegunungan yang menjulang megah, danau yang tenang dengan pantulan airnya yang memukau, serta udara sejuk yang menyegarkan jiwa—semua itu menjadikan tempat ini pilihan sempurna untuk mengawali tahun baru dengan cara yang berbeda.

Rencana perjalanan kami pun mulai disusun. Kami sepakat untuk menghabiskan malam pergantian tahun di Situ Cileunca, sebuah danau buatan yang dikelilingi oleh hutan pinus dan panorama pegunungan yang indah. Situ Cileunca bukan hanya menawarkan keindahan alam yang memanjakan mata, tetapi juga ketenangan yang sulit ditemukan di tengah kehidupan kota. Kami berencana mendirikan tenda di tepi danau, menikmati udara malam yang dingin sambil menyalakan api unggun, berbincang, dan merenungi perjalanan hidup selama setahun terakhir.

Tak hanya itu, kami juga memasukkan beberapa destinasi wisata lain di sekitar Pangalengan ke dalam daftar kunjungan kami. Bukit Nini, dengan pemandangan matahari terbitnya yang magis, menjadi salah satu tempat yang ingin kami jelajahi. Selain itu, Perkebunan Teh Malabar juga masuk dalam agenda kami. Tempat ini tidak hanya menawarkan lanskap hijau yang memukau, tetapi juga cerita sejarah yang menarik tentang K.A.R. Bosscha, tokoh legendaris di balik keberadaan perkebunan ini.

Bagi saya, perjalanan ini tidak sekadar perayaan tahun baru, melainkan juga sebuah cara untuk memberikan waktu bagi diri sendiri. Sebuah momen untuk berhenti sejenak, menjauh dari kesibukan sehari-hari, dan merefleksikan banyak hal. Di tengah keheningan alam, saya berharap dapat menemukan ketenangan, kebahagiaan, dan inspirasi baru untuk melangkah lebih jauh di tahun yang akan datang. Tidak ada suara kembang api atau kemeriahan pesta, hanya suara alam yang menemani—dan itu sudah lebih dari cukup.

Perjalanan ke Pangalengan: Membuka Lembaran Baru

Kami memulai perjalanan menuju Pangalengan pada pagi hari, tepat pukul 6 pagi, di tanggal 31 Desember 2024. Dengan semangat tahun baru yang sudah terasa, kami memadati mobil dengan berbagai perlengkapan camping: tenda yang baru dibeli, sleeping bag tebal untuk menghalau dingin malam, peralatan masak portable, kayu bakar untuk api unggun, hingga makanan ringan dan minuman hangat untuk menemani perjalanan. Suasana di dalam mobil penuh dengan canda tawa, antusiasme kami untuk menyambut tahun baru dengan cara yang berbeda terasa begitu nyata.

Perjalanan dari Bandung ke Pangalengan memakan waktu sekitar dua jam. Jalan yang kami tempuh berliku-liku, melewati tanjakan dan turunan yang cukup menantang. Namun, setiap tikungan menghadirkan pemandangan yang luar biasa. Langit pagi berwarna keemasan, sementara pegunungan di kejauhan tampak seperti lukisan yang hidup. Udara yang mulai terasa lebih sejuk setiap kilometer semakin menambah semangat kami untuk segera tiba di tujuan.

Begitu memasuki kawasan Pangalengan, suasana berubah drastis. Udara segar khas pegunungan langsung menyambut kami, memberi sensasi seperti sedang masuk ke dunia yang berbeda. Di sepanjang perjalanan, kami melewati Perkebunan Teh Malabar yang luasnya seakan tak berujung. Hamparan daun teh yang hijau membentang di kedua sisi jalan, menciptakan lanskap yang begitu indah. Kabut tipis menggantung rendah, menyelimuti tanaman teh dan memberikan nuansa magis yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Kami memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah warung kecil di pinggir perkebunan teh. Warung itu sederhana, hanya terdiri dari beberapa meja kayu dan bangku panjang, tetapi menawarkan pemandangan yang luar biasa. Di sana, kami memesan sarapan berupa nasi liwet hangat yang disajikan dengan lauk ikan asin, tahu goreng, dan sambal pedas. Rasa nasi liwetnya begitu autentik, ditambah aroma daun pisang yang digunakan sebagai pembungkusnya membuat kami semakin lahap. Tidak lupa, secangkir kopi hitam hangat menjadi pelengkap sempurna di pagi yang dingin itu.

Sambil menikmati sarapan, kami mengobrol ringan dan mengagumi keindahan alam sekitar. Kabut perlahan mulai menghilang, memperlihatkan langit biru yang cerah. Udara pagi di Pangalengan begitu segar, berbeda jauh dari polusi yang biasa kami hirup di kota. Rasanya seperti mengisi ulang energi yang hilang akibat rutinitas harian yang melelahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun