Mohon tunggu...
Ahmad Kamil
Ahmad Kamil Mohon Tunggu... -

tidur adalah kesukaan saya, karena disana, saya benar-benar ngerasa kalo ada saat-saat saya tidak berbuat apa-apa, tapi saya tetap baik-baik saja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pendapat Salah Kaprah

3 Oktober 2013   19:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:02 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pram, tentang kesombongan

Nah ini yang semakin saya geram untuk mengeposnya,

Tentang, seringkali kita suka banget, berlebihan istilahnya, jika kita diperlihatkan tentang sebuah hal yang menjadi kebanggaan kita. Bangsa ini sering kali besar kepala, kalo di minta menunjukkan kelebihannya. (aku lupa redaksi kalimat sebenarnya, tapi bisa dilihat di novel jalan pos daendels, karya pram)

Yang perlu saya tanyakan disini, setelah beberapa kali melihat sana-sini,

Banyak sekali yang mengepos tentang kebesaran Indonesia. Kebesaran kebesaran, terutama tentang kekayaan alam, saya disini sebenarnya mau Tanya, yang dimaksud dengan kebesaran, kekayaan alam Indonesia, itu apa?

Coba perlihatkan secara spesifik. Kita sering kali bilang, kandungan minyak, minerba, flora, fauna, Indonesia kaya banget. terus apa saya harus mengeja alif ba’ ta, sampai ketemu wao gitu? Efeknya bagi kita apa?

Untuk minerba, saya rasa Amerika punya daya tarik yang lebih besar deh. Batu bara terutama, mereka punya cadangan terbesar di dunia (pernah lihat di wiki sih), tetapi mengapa mereka tidak menambang di daerah merka sendiri? Bukankah itu menjadi sebuah keuntungan karena tidak perlu membayar pajak luar negeri., (itu pemikiran simple sih), tentang emas juga kata salah seorang teman saya amerika mempunyai cadangan yang besar? Tentang energy bumi itu sendiri, di amerika nya sendiri saya jarang mendengar, tetapi di daerah daerah benua, saya sering mendengar, masih ada penambangan yang ada disana. Mengapa jarang ada penambangan di sekitar sana?

Yang perlu saya pertanyakan disini,


  1. Mengapa mereka tidak menambang di daerah sendiri? Apakah jika kita menambang sesuatu di suatu tanah, itu berdampak pada lingkungan itu sendiri? Dan sulit untuk kembali seperti semula? Kepada penduduk, kepada semua makhluk hidup yang berada di sekitar sana? Soalnya sudah ada banyak kasusnya, kasus teluk buyat, dan beberapa kasus lainnya seperti aja lapindo. Menurut saya itu emang hanya 1 berbahaya dari 100 kali eksplorasi, mengingat para penambang itu orangnya juga pinter-pinter, dan teknologi sudah canggih kesalahan bisalah diminimalkan (ini menurut saya)., tapi bukankah satu itu juga penting, efeknya juga lumayan lo
  2. Nah ini yang saya takutkan nih, kata teman anak tambang, dia mendengar dari dosennya, bahwa sebenarnya amerika itu sekarang lagi menimbun. Orang-orang pinter di luar negeri sana lagi menimbun barang tambangnya, sehingga suatu saat akan mereka keluarkan jika udah menipis. Perkiraannya, waktu itu harga secara langsung akan meningkat pesat. Dan akan terjadi monopoli, kalo ini yang bahaya, bisa mengendalikan politik juga nih. Setahu saya ini juga pernah terjadi di korsel. Ketika itu mereka tidak punya tambang baja sama sekali, dan presidennya sering kali membeli baja dari negeri lain, banyak protes, dan banyak kecaman, karena baja itu seakan menganggur, uangnya mubadzir, nah ternyata 20 tahun kemudian, ketika baja udah mulai mahal, korsel malah udah bisa membuat perlatan dari bahan baku baja dan besi yang banyak, terutama tentang pabrik2 elektronik dan transportasi.  Gunanya 20 tahun lagi, setelah ketiadaan presiden itu, emang ga di jual untuk dipake sendiri, tapi bukankah modusnya sama? Penimbunan?
  3. Ketika membicarakan ini, tentang SDA yang kaya, bukankah ini sebenarnya melengahkan kita, sehingga kita menjadi semakin santai, dan males (ini salah satu omongan dosen lagi sih). Bukankah orang yang sudah merasa berkecukupan akan semakin males untuk bergerak? Bandingkan dengan bangsa yang tanah yang ekstrim, dan yang sering terjadi bencana, misalnya jepang.


Saran saya sendiri, ketika membicarakan tentang kekayaan ato keunggulan, marilah kita kurangi-kurangi, agar kita juga sadar sebenarnya kelemahan kita itu apa. Biar enak gitu mikirnya. Dulu dengarnya Indonesia bagus banget, sekarang di TV malah hamper ga ada positifnya yang di acara debat itu terutama. (selalu aja ekstrim)

Kalo misalkan emang terpaksa banget mengunggulkan Indonesia, gimana kalo kita melakukannya dengan sumber daya yang dapat diperbaharui gitu, seperti halnya tanah dan laut, yang subur dan banyak ikannya, untuk laut kita ada yang ombak tenang di daerah utara jawa, dan yang deras di daerah selatan, bukankah itu bisa kita manfaatkan dengan situasi yang berbeda pula?  Yang deras untuk apa, yang tenang untuk apa gitu.

Oh ya yang perlu kita garis bawahi sebenarnya pengelolaannya itu harusnya gimana itu yang penting. Mentang-mentang tanahnya bagus, kita tanami padi semuanya, sehingga dalam waktu 20 tahun bisa swasembada. Untuk mencapainya 20 tahun, dan swa sembadanya hanya bertahan beberapa tahun. Akankah ini ada efek di tanahnya? Secara ga langsung bukankah itu akan berakibat jika tanamannya monoton, homogen, apalagi dikasih obat yang bermacam-macam? Belum lagi yang pembukaan lahan baru yang isinya menebang dan membakar lahan lama? Yah ekosistemnya gimana dong ini? Belum lagi pewajiban beras ke semuanya, ke arah itu aja, efeknya ga beberapa tahun lagi kan?

Mentang-mentang lautnya luas, seenaknya aja mengebom sana sini, bukankah ada teknologi yang sudah terbarukan untuk mengambil hasil laut itu? Saya pernah melihat tuh, di daerah saya yang dulu pernah menjadi pelabuhan terbesar kedua di Indonesia, eh ternyata sekarang lautnya udah hamper memasuki warna hitam, tak tahu apakah itu efek ngambil ikannya ngaco, atao gara-gara buang sampah penduduknya ngaco, ato pabrik yang ngatur limbahnya juga ngaco.

Pantai yang panjang, ini menarik juga kan?

Kita emang bangsa yang ga tentu cuacanya apa, kadang panas kadang dingin, kadang pula hujan, nah disini bukankah kita bisa memperhitungkan bahwa sel surya kurang cocok, karena biaya pembersihannya perlu biaya yang mahal? Yah sebenarnya banyak omongan lagi disini, tetapi mengingat kapasitas saya yang masih level cupu ga jelas ini, yang sekarang hanya bisa berperan sebagai pengkritik ga jelas juga. Dicukupkan saja tulisan ini.

Takutnya orang-orang yang sudah expert itu, Yang sudah  ahli banget dalam hal pertanian, penambangan, politik, kelautan, kelistrikan, ke sejarahan juga, dan beberapa keilmuwan lain, terutama tentang para orang yang sudah aktif dari pemerintah itu, menertawakan saya, tertawa lebih keras lagi, tentang saya. Mungkin mereka bilang kepada saya, “sok tahu lo, hanya ngutip ngutip doang, cangkeman tok, kon apa ngerti asline di lapangan?”
Yah, sebenarnya saya cukup bergembira bisa mengungkapkan hati saya, saya emang hanya ngutip sana, ngutip sini, tetapi ada beberapa pendapat yang pribadi. Itu pun sudah cukup, selamat tertawa pak, yang lebih keras lagi yak, biar bisa ngilangin pusing tentang rutinitas Negara. (yang penting niatnya bantu, walaupun hanya bisa membuat ketawa para ahli Negara) hahaha

#tulisan ini benar-benar tanpa melihat ulang data-data, sehingga dapat banget disimpulkan ada banyak sekali kesalahan, oleh karena itu judulnya pendapat salah kaprah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun