Mohon tunggu...
Amaliyah Kamil
Amaliyah Kamil Mohon Tunggu... Freelancer - Kamilatul Amaliyah

Traveler هو الذي جعل لكم الأرض ذلولا فامشوا في مناكبها وكلوا من رزقه

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Resensi Novel 'Maryam' Karya Okky Madasari

10 Juli 2024   08:20 Diperbarui: 13 Juli 2024   06:22 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi (@bacaanmilmil)

Judul : Maryam

Penulis : Okky Madasari

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Hal : 275

"Yang namanya keyakinan memang tak bisa dijelaskan. Ia akan datang sendiri tanpa harus punya alasan" h.55

Disclaimer aja, kali ini buku yang aku resensi sedikit sensitif. Pastikan kalian punya rasa kemanusiaan yang tinggi jika ingin membaca buku ini.

Novel ini menceritakan tentang mereka yang terusir karena iman. Tentang mereka yang tak hentinya mempertanyakan 'dimanakah keadilan?'.

Mengangkat kisah nyata dari jemaat Ahmadiyah di Gegerung Lombok yang berkali-kali menerima diskriminasi karena mereka memiliki perbedaan iman dengan muslim arus utama, Okky Madasari menyuarakan betapa termaginalkan kelompok rentan itu. Awal mula kehidupan mereka berjalan normal dan damai antar sesama. 

Para penduduk mengetahui bahwa Islamnya Maryam dan keluarganya berbeda dengan mereka, terlihat dari masjid yang menjadi tempat sholat mereka yang berbeda dari kebanyakan. Hal itu tidak pernah menjadi masalah bagi semua. Terlebih ayah Maryam salah satu orang yang disegani sebab kakek Maryam dulunya tokoh masyarakat setempat, sebelum bertemu dengan seseorang yang kemudian hari menjadi perantaranya sebagai Ahmadi.

Maryam yang berkuliah di Surabaya dan kemudian bekerja di Jakarta mengantarkan jalan hidupnya bertemu dengan pemuda bernama Alam. Perjalanan mereka cukup berliku sebab Maryam dan Alam bukanlah Islam dengan iman yang sama. Alam bukanlah Ahmadi layaknya Maryam. 

Penentangan tentu didapat dari pihak keluarga Maryam, kecuali jika Alam bersedia menjadi Ahmadi. Keluarga Alam keberatan. Maryam yang terlanjur teramat menginginkan Alam memilih jalan untuk meninggalkan imannya dan mengikuti iman suaminya, membuatnya berseteru dengan orang tua hingga memutus komunikasi dengan mereka.

Tanpa sepengetahuan Maryam, terjadi tragedi pilu yang membuat keluarga Maryam terpaksa meninggalkan rumahnya. Mereka dikecam sesat, diusir dari rumah, dilempar batu, harta benda dijarah, hingga mereka tak bisa lagi kembali ke rumah yang berdiri di atas tanah sendiri. 

Kehidupan damai yang terbangun selama ini antar warga lenyap sudah. Berdalih putusan MUI  tentang 'Ahamdiyah Sesat' menjadikan mereka gelap mata dengan semena-mena melalukan tindak asusila. Lima tahun Maryam mempertahankan pernikahannya lalu memilih pulang ke Gegerung, tempat masa kecil dengan segala cerita indah  dan orang tercinta di dalamnya. Saat kembali, Maryam merasakan tatapan orang-orang seperti tak kenal dirinya. 

Maryam menyusuri jalan kampung dan kaget mendapati rumahnya dihuni oleh pekerja ayahnya dulu. Di sana Maryam mendapati kenyataan bahwa keluarganya telah diusir warga dengan cara yang tak baik.  Ia kaget sekaligus sedih, 'ternyata banyak hal terjadi yang tidak aku tahu' pikirnya. 

Maryam mencari keluarganya. Setelah menemukan kembali harta paling berharganya, Maryam perlahan kembali menjadi Ahmadi. Keluarganya tinggal di rumah persis dengan rumah-rumah di sampingnya, tanah perumahan yang sengaja dibeli dengan uang organisasi untuk menyediakan tempat tinggal bagi para keluarga Ahmadi yang diusir.

Tak lama kebersamaan Maryam dengan keluarganya, pengusiran kembali terjadi. Pengusiran kali ini lebih hebat dari sebelumnya. Banyak korban luka-lukakarena lemparan batu dan rumah yang dibakar. Lagi-lagi, mereka terusir dari tanah sendiri. Polisi mengamankan mereka, membawa ke pengungsian dan berkata 'ini hanya sementara'. 

Namun ternyata, tidak ada tindak lanjut dari polisi setempat, bahkan hingga kini setelah berbelas tahun lamanya, kini mereka tetap tinggal di gedung pengungsian Transito, hanya berbatas kain untuk memisahkan satu keluarga dengan keluarga lain yang jumlahnya mencapai ratusan itu.

Maryam memperjuangkan kembali hak para keluarga Ahmadi, namun pemerintah tak pernah memberikan kejelasan. Mereka masih saja disuruh menunggu saat yang tepat untuk pulang ke rumah mereka, yang mereka bangun dengan hasil keringat dan kerja keras mereka sendiri. 

Banyak tamu berdatangan untuk melihat langsung keadaan para keluarga Ahmadi. Jurnalis, penulis koran, reporter dan para pekerja media datang silih berganti untuk meliput langsung, hal yang menjadi harapan besar keluarga Ahmadi agar mendapat perhatian pemerintah dan mengembalikan mereka ke rumah masing-masing. Namun keinginan mereka tak pernah terwujud.

Pada akhir bab 7 terjadi tragedi yang mencoreng nilai kemanusiaan. Emosi saya memuncak ketika ayah Maryam meninggal dan hendak dikuburkan di kampung halaman, tepat di sebelah kakeknya. 

Di luar dugaan, bukannya ungkapan duka yang mereka terima melainkan pelarangan pemakaman di desa mereka bagi orang sesat seperti ayah Maryam. Warga desa Gegerung datang bersama ke pemakaman mengusir Maryam dan pelayat lain, bahkan ada situasi panas yang melibatkan baku hantam dengan orang yang membela Ahmadiyah. Di situasi duka dan pemakaman.

Novel ini mengajak kita untuk berpikir lebih sehat dan bijaksana dalam berbuat. Terlepas dari sekian banyak kontroversi, label sesat, dan pengkafiran terhadap jemaat Ahmadiyah, satu hal yang seharusnya kita pahami bahwa mereka juga manusia. 

Meskipun ada iman mereka yang tidak sama dengan muslim arus utama dan kita menolak itu, setidaknya posisikan diri sebagai manusia. Memanusiakan mereka bukan berarti menjadi bagian mereka, karena penerimaan iman urusan pribadi. Kita hanya menjalankan peran sebagai manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun