Mohon tunggu...
Amaliyah Kamil
Amaliyah Kamil Mohon Tunggu... Freelancer - Kamilatul Amaliyah

Traveler هو الذي جعل لكم الأرض ذلولا فامشوا في مناكبها وكلوا من رزقه

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Resensi Novel 'Maryam' Karya Okky Madasari

10 Juli 2024   08:20 Diperbarui: 13 Juli 2024   06:22 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi (@bacaanmilmil)

Penentangan tentu didapat dari pihak keluarga Maryam, kecuali jika Alam bersedia menjadi Ahmadi. Keluarga Alam keberatan. Maryam yang terlanjur teramat menginginkan Alam memilih jalan untuk meninggalkan imannya dan mengikuti iman suaminya, membuatnya berseteru dengan orang tua hingga memutus komunikasi dengan mereka.

Tanpa sepengetahuan Maryam, terjadi tragedi pilu yang membuat keluarga Maryam terpaksa meninggalkan rumahnya. Mereka dikecam sesat, diusir dari rumah, dilempar batu, harta benda dijarah, hingga mereka tak bisa lagi kembali ke rumah yang berdiri di atas tanah sendiri. 

Kehidupan damai yang terbangun selama ini antar warga lenyap sudah. Berdalih putusan MUI  tentang 'Ahamdiyah Sesat' menjadikan mereka gelap mata dengan semena-mena melalukan tindak asusila. Lima tahun Maryam mempertahankan pernikahannya lalu memilih pulang ke Gegerung, tempat masa kecil dengan segala cerita indah  dan orang tercinta di dalamnya. Saat kembali, Maryam merasakan tatapan orang-orang seperti tak kenal dirinya. 

Maryam menyusuri jalan kampung dan kaget mendapati rumahnya dihuni oleh pekerja ayahnya dulu. Di sana Maryam mendapati kenyataan bahwa keluarganya telah diusir warga dengan cara yang tak baik.  Ia kaget sekaligus sedih, 'ternyata banyak hal terjadi yang tidak aku tahu' pikirnya. 

Maryam mencari keluarganya. Setelah menemukan kembali harta paling berharganya, Maryam perlahan kembali menjadi Ahmadi. Keluarganya tinggal di rumah persis dengan rumah-rumah di sampingnya, tanah perumahan yang sengaja dibeli dengan uang organisasi untuk menyediakan tempat tinggal bagi para keluarga Ahmadi yang diusir.

Tak lama kebersamaan Maryam dengan keluarganya, pengusiran kembali terjadi. Pengusiran kali ini lebih hebat dari sebelumnya. Banyak korban luka-lukakarena lemparan batu dan rumah yang dibakar. Lagi-lagi, mereka terusir dari tanah sendiri. Polisi mengamankan mereka, membawa ke pengungsian dan berkata 'ini hanya sementara'. 

Namun ternyata, tidak ada tindak lanjut dari polisi setempat, bahkan hingga kini setelah berbelas tahun lamanya, kini mereka tetap tinggal di gedung pengungsian Transito, hanya berbatas kain untuk memisahkan satu keluarga dengan keluarga lain yang jumlahnya mencapai ratusan itu.

Maryam memperjuangkan kembali hak para keluarga Ahmadi, namun pemerintah tak pernah memberikan kejelasan. Mereka masih saja disuruh menunggu saat yang tepat untuk pulang ke rumah mereka, yang mereka bangun dengan hasil keringat dan kerja keras mereka sendiri. 

Banyak tamu berdatangan untuk melihat langsung keadaan para keluarga Ahmadi. Jurnalis, penulis koran, reporter dan para pekerja media datang silih berganti untuk meliput langsung, hal yang menjadi harapan besar keluarga Ahmadi agar mendapat perhatian pemerintah dan mengembalikan mereka ke rumah masing-masing. Namun keinginan mereka tak pernah terwujud.

Pada akhir bab 7 terjadi tragedi yang mencoreng nilai kemanusiaan. Emosi saya memuncak ketika ayah Maryam meninggal dan hendak dikuburkan di kampung halaman, tepat di sebelah kakeknya. 

Di luar dugaan, bukannya ungkapan duka yang mereka terima melainkan pelarangan pemakaman di desa mereka bagi orang sesat seperti ayah Maryam. Warga desa Gegerung datang bersama ke pemakaman mengusir Maryam dan pelayat lain, bahkan ada situasi panas yang melibatkan baku hantam dengan orang yang membela Ahmadiyah. Di situasi duka dan pemakaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun