*************
Nur tidur, kupandangi wajahnya gadis yang dulu cantik seketika berubah akibat pengobatan kemo yang harus di jalaninya. Tak kuasa air mata ini mengalir deras keluar, namun segar ku usap air mataku. Dalam diam aku hanya berdoa untuknya. “Ya Allah berilah kesehatan, kelancaran, kuatkanlah Nur saat menjalani pengobatannya, berilah kesembuhan untuknya, kami semua sangat menyayangi Nur. Tiba-tiba Nur terbangun dan mengatakan kepadaku bahwa dia ingin kencing, aku pun sedikit bingung. Bagaimana caranya bawa Nur ke kamar mandi sedangkan tangannya tertahan infus yang di balut dengan alat berbentuk segiempat besar. Mau pakaikan Nur pampers namun pampers ada di dalam mobil. Akhirnya kuberanikan diri untuk meminta pampers di salah satu pasien. Alhamdulillah orang tua pasien tersebut mau berbagi pampers kepadaku.
“Nur pakai pampers dulu ya.” Ku bantu Nur berdiri dan dipakaikan pampers celana. Setelah Nur kencing, ku buka kembali pampers yang di pakainya baru ku buang pampers tersebut. Nur pun terlihat lega setelah kencing, dan langsung kembali istirahat. Saat Nur ingin tidur aku katakan kepadanya, bahwa mau mengambil cairan infus di apotik lantai 3.
Setelah kembali dari lantai 3, kulihat Nur tertidur pulas. Namun saat ku pegang tubuhnya, ternyata masih panas dan demam tinggi, tangan dan kakinya sangat dingin, lekas ku baluri dengan minyak telon bidara agar tangan dan kakinya hangat kembali, sambil bibir ini berzikir dan salawat tak pernah berhenti. Adzan magrib pun berkumandang, lekas ku batalkan puasaku hanya dengan segelas air putih dan satu buah jalangkote yang kubeli saat penjual masuk ke ruang kamar rawat inap untuk menawarkan jualannya.
Pukul 19.00 wita adik dan suamiku tiba di kamar dan alhamdulillah 10 kantong darah buat Nur sudah ada, hanya Nur tidak bisa langsung transfusi darah mengingat suhu badannya Nur masih panas. Perawat mengatakan segera kompres Nur dan akan kami kasih juga obat paracetamol berbentuk cairan yang akan disuntikan lewat infus, agar panasnya cepat turun. Karena panasnya Nur belum turun aku dan suami memutuskan untuk bermalam di rumah sakit menemani Nur dan mamanya.
Pukul 01.00 malam panasnya Nur turun dan sudah diperbolehkan transfusi trombosit, dengan menahan rasa takut aku dan adikku memberanikan diri untuk langsung pergi ke bank darah mengambil 3 kantong terlebih dahulu. Karena dari 10 kantong yang dibutuhkan tidak boleh langsung semua masuk dalam tubuh Nur. Kami berdua turun dari lantai 6 menuju lantai dasar dan menyeberang menuju wahidin lama, meskipun lampu menyala di sepanjang jalan, namun suasana nampak sepi.
Hari minggu pagi kami kembali ke Majene, suami adikku pun sudah datang, sehingga kami tenang meninggalkan adikku bersama anaknya di rumah sakit. Yah, keponakanku Nur harus menjalani kemoterapi selama 20 minggu. Setelah didiagnosa dokter menderita penyakit kanker ginjal penyakit langka pada anak dengan istilah Nefroblastoma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H