Mohon tunggu...
Kamilah Rahmasari
Kamilah Rahmasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Program Studi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fenomena Phubbing Akibat Ketergantungan pada Ponsel

20 Desember 2024   19:32 Diperbarui: 20 Desember 2024   19:32 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah saat sedang berbicara dengan seseorang, mereka sibuk dengan ponselnya dan tidak menghiraukan dan menaruh perhatian pada apa yang sedang kamu bicarakan? Atau mungkin saat kamu sedang sibuk dengan ponselmu hingga tidak menyadari keadaan sekitar? Fenomena ini dikenal dengan istilah "phubbing", yang berarti mengabaikan seseorang karena sibuk dengan ponsel.


Di era digital seperti sekarang, kehidupan kita tidak dapat lepas dari ponsel. Lebih dari 7 jam per harinya, pengguna menghabiskan waktu dengan terpaku ppada perangkat ponsel mereka. Dari alat komunikasi sederhana, kini ponsel berkembang menjadi sumber hiburan, media sosial, bahkan alat utama dalam lingkup pekerjaan bahkan pendidikan. Keberadaannya yang serba bisa membuat ponsel hampir selalu ada dalam genggaman tangan kita, tak peduli sedang berada di rumah, di tempat kerja, atau bahkan saat sedang berkumpul dengan teman-teman.

Menurut  Abivian, phubbing berasal dari kata "phone" dan "snubbing", yang digunakan untuk menunjukkan perilaku menggunakan perangkat atau smartphone secara berlebihan yang menunjukkan sikap tidak peduli terhadap lawan bicara. Ketergantungan kita terhadap ponsel menjadi salah satu penyebab utama fenomena ini, dan dampaknya tidak bisa dianggap sepele.

Seiring dengan perkembangan teknologi, kita menjadi semakin terikat dengan ponsel kita. Tidak hanya untuk sekadar berkomunikasi, ponsel juga menyediakan berbagai macam aplikasi yang membuat kita bisa terus terhubung dengan dunia luar. Dari media sosial hingga pesan instan, semua informasi yang kita butuhkan dapat diakses hanya dengan beberapa ketukan jari. Namun, kemudahan ini juga memicu kebiasaan buruk, yakni ketergantungan. Ketika kita merasa harus selalu memeriksa ponsel, bahkan dalam situasi sosial, kita mulai mengabaikan orang-orang di sekitar kita. Itulah yang disebut dengan phubbing.

Phubbing sering kali dianggap remeh, bahkan dianggap sebagai hal yang normal, apalagi di kalangan generasi muda. Banyak orang merasa tidak lengkap tanpa memeriksa ponsel mereka setiap beberapa menit, bahkan di tengah percakapan. Hal ini dapat membuat lawan bicara merasa tidak dihargai, karena perhatian mereka teralihkan oleh perangkat yang tidak berbicara. Percakapan yang seharusnya bisa menjadi momen berharga menjadi terasa hambar dan tanpa makna. Ini adalah dampak pertama dari phubbing yang sering kali tidak disadari oleh banyak orang, yaitu hilangnya kualitas interaksi manusia.

Fenomena ini juga berdampak signifikan terhadap kualitas interaksi sosial dan kesejahteraan emosional, terutama di berbagai kalangan. Semakin meningkatnya penggunaan smartphone akan menimbulkan beberapa permasalahan diantaranya kurangnya perhatian pada lingkungan sosial, kurangnya bersosial, dan kurangnya rasa saling menghargai.

Tidak hanya mengganggu percakapan satu lawan satu, phubbing juga memberikan dampak negatif yang lebih luas pada hubungan sosial kita. Misalnya, interaksi dalam lingkup keluarga, kebiasaan phubbing dapat menciptakan jarak emosional antara anggota keluarga. Orang tua yang terus-menerus terpaku pada ponsel mereka, sementara anak-anak mereka berharap mendapatkan perhatian, bisa merasa diabaikan. Sebaliknya, anak-anak yang lebih sering menghabiskan waktu dengan ponsel mereka, daripada berinteraksi dengan orang tua, juga bisa kehilangan kesempatan untuk membangun komunikasi yang baik dengan keluarga.

Tentu saja, phubbing tidak hanya berdampak pada hubungan antara orang yang terlibat dalam percakapan tersebut. Bagi mereka yang merasa diabaikan karena phubbing, rasa kesepian dan perasaan tidak dihargai bisa muncul. Hal ini semakin parah bagi individu yang sudah memiliki kecenderungan masalah mental, karena rasa diabaikan ini memperburuk kondisi psikologis mereka.

Di sisi lain, bagi mereka yang melakukan phubbing, kebiasaan ini juga bisa menjadi tanda ketergantungan yang tidak sehat terhadap teknologi. Kita mungkin merasa bahwa kita bisa hidup tanpa ponsel, tetapi kenyataannya, ponsel telah menjadi penghubung utama kita dengan dunia luar. Ketika kita merasa cemas atau tidak nyaman tanpa ponsel, kita bisa mulai menunjukkan perilaku phubbing secara otomatis, tanpa menyadari bahwa kita mengabaikan orang-orang yang sedang bersama kita. Ironisnya, meskipun kita merasa terhubung dengan dunia maya, kita justru kehilangan koneksi yang lebih penting, yakni hubungan dengan orang-orang di sekitar kita.

Namun, meskipun fenomena ini semakin meluas, phubbing bukanlah sesuatu yang tidak bisa diatasi. Mengurangi kebiasaan ini bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan sedikit kesadaran dan perubahan pola pikir, kita bisa memperbaiki kualitas hubungan sosial kita. Salah satu cara untuk mengurangi phubbing adalah dengan menetapkan batasan penggunaan ponsel, terutama saat sedang berkumpul dengan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun