"Alhamdulillah, berarti Allah masih sayang sama kami," sahut Masyudi bersyukur.
Wedang jahe sudah duluan ludes, milo hangat masih tersisa, teh tubruk hangat menyisakan gula di dasar yang sengaja tidak diaduk. Kami bertiga beranjak dari warkop itu dan kembali berjalan setapak mengelilingi Desa Lamsujen. Matahari bersinar terang, udara segar sungguh terasa nyaman merasuk dalam syaraf dan aliran darah.
Pohon-pohon dengan reranting dan berdaun lebat menemani perjalanan kami menyusuri desa. Penduduk desa yang ramah membuat gerak langkah kami terasa lambat, berhenti sejenak hanya untuk menjawab satu dua pertanyaan warga. Pertanyaan yang diajukan hampir sama, seputaran alasan kami berada di desa mereka.Â
Tidak terasa, kami sudah tiba di rumah John. John sudah siap untuk berangkat, kami bertiga langsung bergegas mengambil tas dan segala perlengkapan. John menekan pedal gas mobil menyusuri jalan pedesaan hingga tiba di jalan utama Meulaboh - Banda Aceh.
"Kita derek aja lagi, sampai ke Banda Aceh. Nanti disana langsung kita bawa ke dealer suzuki," ucap John. Masyudi setuju.
Aspal sudah mengering, cuaca panas menyengat. Lalu lalang pagi menjelang siang itu sedikit padat. John sudah mulai mengikat kembali tali pada bumper. Kami bertiga pindah ke mobil Ertiga.Â
Pemandangan siang hari berbeda sekali dengan semalam. Kami bersemangat dan berharap segera tiba di Kota Banda Aceh. Terutama Masyudi dan Wildan, anak dan istri sudah menanti di rumah.
Sungguh kejadian malam itu di luar dugaan kami. Meski ketakutan luar biasa menyelimuti, kami harus tetap tegar menyemangati satu sama lain. Cerita seorang bapak di warkop Desa Lamsujen, menambah rasa syukur kami kepada Allah. Seandainya John telat memberikan bantuan, mungkin malam itu, malam terakhir kami hidup di bumi.
John hadir bukan sekedar memberikan bantuan, tapi menyelamatkan kami dari marabahaya binatang buas dan batu besar di atas bukit atas izin Allah. Saya berharap kebaikan John mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah.
Saya percaya selalu ada hikmah dibalik musibah atau kesengsaraan. Buktinya, Allah membayar lunas peristiwa semalam dengan menyajikan keindahan alam yang alami dari Desa Lamsujen. Tidak ada penyesalan, kami menganggap terjebak dalam dua dunia yang berbeda.
Dua jam perjalanan, sekitar pukul 13.10 kami tiba di dealer Suzuki di Lampeuneurut, Aceh Besar. Benar saja, istri dan anak Wildan sudah menanti disana. Kami kembali ke rumah masing-masing, mobil Ertiga dititip di dealer.