Mohon tunggu...
Kamaruddin
Kamaruddin Mohon Tunggu... Jurnalis - .

Mengingat bersama dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Terjebak di Gunung Kulu

23 April 2022   16:51 Diperbarui: 23 April 2022   17:02 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil Ertiga mogok di Gunung Kulu | DokPri

Tanpa pikir panjang, opsi itu diterima Masyudi mewakili kami juga. John mengikat kuat tali derek pada bumper. Setelah itu kembali masuk ke mobil Innova. Kami bertiga masuk ke mobil Ertiga. John memutar setir berbalik arah.

Masyudi memegang kendali kursi kemudi. Mesin mobil dimatikan, mobil berjalan pelan mengikuti tarikan mobil Innova di depan. Jalan turunan curam memudahkan proses derek. Di dalam mobil Ertiga, Wildan dan saya sudah mulai kelelahan. Masyudi fokus memegang setir, mengontrol belokan kiri kanan yang tajam. Hujan mulai reda, semilir angin berhembus dalam kegelapan malam yang semakin larut.

Mobil Ertiga sudah terparkir rapi di rumah saudara John. Kami bertiga memasuki mobil Innova dengan tujuan rumah John. Jalanan yang hanya muat satu mobil dan tanpa aspal itu, jalan menuju ke Desa Lamsujen. Rumah John hanya berjarak 1 km dari jalan utama. 

Setiba di rumah John, istri dan anaknya sudah menyambut di depan pintu rumah type 45. Kasur sudah diatur rapi di ruang tamu, kami bergegas mengganti pakaian, setelah semua persiapan untuk tidur beres, kami bertiga kompak menarik selimut dan langsung tertidur pulas.

Pagi di Desa Lamsujen 

Saya mengabadikan foto di mobil hardtop tua modifikasi yang terparkir di depan rumah warga Desa Lamsujen | DokPri
Saya mengabadikan foto di mobil hardtop tua modifikasi yang terparkir di depan rumah warga Desa Lamsujen | DokPri

Semilir angin pagi menyebar menciptakan kesejukan dari bukit tak bernama yang hanya berjarak 50 langkah dari rumah John. Pagi hari adalah waktu terbaik untuk burung berkicau. Desa Lamsujen riuh dengan suara burung yang mulai beraktifitas. Air parit sangat jernih seperti tak berkeruh, ikan hias sepat bebas berenang.

Kami bertiga mulai keluar pagar rumah berjalan setapak. Tatanan rapi rumah warga berpagar kayu, menambah aroma pedesaan. Sayup-sayup di persimpangan, seorang Ibu yang sedang menyapu menyapa kami yang melintas. Dari arah depan, muncul seorang bapak mengendarai motor moge GL Pro menuju ke arah pasar, tidak lupa menyalakan klakson, tanda menyapa.

Kami terus berjalan mengikuti sekelompok bapak-bapak berpeci. Hingga membawa kami tiba di warkop kecil yang dimerger dengan kios. Saya memesan teh tubruk hangat, Masyudi milo hangat, Wildan wedang jahe. Sementara John tidak membersamai kami, dia harus mengantar anak ke sekolah.

Warga tentu penasaran dengan kehadiran kami. Pemilik warung memulai obrolan, kami menceritakan semua permasalahan yang terjadi semalam di Gunung Kulu. Tiba-tiba salah seorang bapak memotong obrolan kami.

"Kalian berteduh di bawah lapak orang jual durian. Untung kalian cepat dijemput si John. Saya dengar tadi, daerah itu dihujani batu besar yang jatuh dari bukit," ucapnya, sontak membuat kami syok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun