Namun, keduanya bukan montir, mobil lalu dibiarkan terparkir di pinggir jalan, dengan lampu depan belakang dibiarkan menyala. Hujan mulai lebat, kami berteduh di lapak yang dijadikan tempat jualan durian di siang hari.
Kekhawatiran menyelimuti malam yang gelap itu. Jalanan sepi, jauh dari pemukiman penduduk. Meski ada satu dua mobil pribadi dan mobil penumpang yang lalu lalang, tidak ada yang berani berhenti. Masyudi gelisah, Wildan tampak tenang, sementara saya mencoba jadi penengah di antara kedua perasaan sahabat malam itu.Â
Saya mengabadikan momen itu lewat hp. Karena hanya itu yang dapat saya lakukan, selebihnya tidak bisa. Jaringan internet mati, hanya berfungsi untuk telepon manual.
Sudah satu jam berlalu, menunjukkan pukul 22.20 WIB, Masyudi terus mencari solusi, dua nomor di kontak hpnya sudah dihubungi, namun dari raut wajah Masyudi belum ada tanda apa-apa. "Apa kita menginap aja semalam disini," ucap Masyudi mulai putus asa.
"Coba Bang Masyudi telepon nomor orang yang dekat disini, atau minimal 2 km dari posisi kita," sahut saya. Sejurus kemudian satu persatu Masyudi kembali mencari nama di kontak hpnya.Â
Masyudi menelpon Yon atau akrab disapa John. John merupakan sahabat dekat Masyudi di bangku kuliah. John tinggal di Desa Lamsujen, Lhoong, Aceh Besar. Jarak tempuh dari Lamsujen ke Gunung Kulu 54 km atau 1 jam 15 menit.Â
Raut wajah Masyudi berubah, senyum tipis itu memberikan sinyal positif. "Kawan saya John akan jemput kita disini. Entah nanti di derek atau apa yang penting ada bantuan," ucap Masyudi. Saya dan Wildan ikut tenang mendengarnya.
Intensitas hujan masih tinggi, lampu mobil Ertiga masih setia menyala, menerangi kami dalam gelap gulita di Gunung Kulu. Pepohonan hutan yang besar dan lebat tumbuh berdekatan kiri dan kanan jalan. Sementara arah depan dan belakang jalan sepi dan lengang, seorang pengendara motor melintas di depan kami, tidak lupa menyapa.Â
Dari kejauhan lampu sorot mobil toyota Innova menerangi gelap di sekitar lokasi tempat kami berteduh. Mobil itu berdiri tepat di depan mobil Ertiga. John keluar dari mobil bersama seorang teman. Masyudi menyapa teman lamanya itu.Â
Seberes sapa menyapa, John menjelaskan kepada Masyudi, bahwa tidak ada bengkel terdekat. John hanya menawarkan satu opsi, mobil di derek dan disimpan di kaki Gunung Kulu, lalu kami bertiga menginap di rumahnya di Desa Lamsujen.Â
"Mobil kita simpan di rumah saudara saya di kaki Gunung Kulu. Besok pagi baru kita bawa ke bengkel," tegas John.