Dek Gam tidak sendirian, dia bersama lima orang teman. Mereka beregu, tiga di darat dan tiga lainnya berada di tengah sungai dengan kedalaman hanya selutut. Di sungai, satu orang bertugas sebagai fotografer, dua lagi bertugas menyeimbangkan perahu.
Saat sesi foto, kedua orang yang bertugas sebagai penyeimbang perahu itu, menyelam sejenak agar tidak tertangkap kamera. "Di dekat tebing yang dalam. Di tengah tidak dalam karena dulu pernah di buat jalan disitu untuk ambil-ambil pasir," kata Dek Gam.
Dek Gam mengatakan Sungai Lhok Gaca buka setiap hari, mulai pukul 09.00 --18.00 WIB dengan sekali naik perahu untuk foto sebesar Rp25 ribu per orang. Satu perahu maksimal dua orang.
"Jika ingin mendapatkan pemandangan alam yang bagus untuk mendukung hasil foto, sebaiknya datang pada sore hari,"Â saran Dek Gam.
Untuk pengambilan foto, kata Dek Gam, pihak mereka tidak menyediakan kamera. Melainkan hanya menerima jasa foto menggunakan hp atau kamera pribadi yang bersangkutan. "Karena ribet kalau pake kamera kami harus kirim kirim lagi, memakan waktu," ucap Dek Gam.
Sungai Lhok Gaca sudah mulai ramai dikunjungi dalam dua minggu ini, belum sampai satu bulan. Meski sudah ramai pengunjung, belum ada rencana untuk penambahan perahu.Â
"Hari biasa tidak terlalu ramai, hanya saat weekend. Pernah tembus 20 orang saat weekend. Seperti hari ini saja sudah 16 orang," ungkapnya.
Menurut Dek Gam, apabila ditambah perahu dan orang semakin banyak, dia khawatir keasrian Sungai Lhok Gaca tidak terjaga dengan baik. Â "Namun, jika memang ada penambahan ke depan, kita akan memastikan kebersihan alam tetap terjaga," tutur Dek Gam.
Multifungsi, selain dijadikan spot foto eksotis, Sungai Lhok Gaca juga dijadikan sebagai tempat pemancingan saat malam hari.
Meski tidak sempat berswafoto, saya dan Aidil merasa sangat berkesan berkunjung ke Sungai Lhok Gaca. Melihat pemandangan saja sudah cukup untuk membuat kami melupakan sejenak setumpuk beban yang sudah menggumpal di kepala.