Mohon tunggu...
Kamaruddin
Kamaruddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengingat bersama dengan cara menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menilik Kemajuan Ilmu Sains di Timur dan Barat

2 Mei 2022   02:53 Diperbarui: 2 Mei 2022   02:56 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Image source: www.studentpulse.com

Yang menjadi pertanyaan, apakah apabila ulama islam mengabaikan ilmu umum, sains adalah suatu kekurangan?
Kenapa ulama sibuk dengan turast (sesuatu yang ditinggalkan oleh pendahulu)?
Kenapa tidak kejar kemajuan barat?

Ada dua jawaban yang menarik buat saya. Pertama, ulasan filsuf Prancis Ren Gunon atau yang dikenal dengan nama mualafnya Abdul Wahid Yahya, dalam bukunya berjudul Syaraq Wal Garab.

Kedua, ulasan Al-Alamah Mustafa Sabri di awal kitabnya yang berjudul Mauqif Aqal Wa Ilmi.

Dalam dua ulasan di atas aya mengutip. "Kita umat islam sudah kalah, dunia sudah dikuasai oleh barat, kita umat islam telah menyia-nyiakan kesempatan menguasai dunia, dunia sudah kita serahkan pada mareka "barat". Sekarang langkah terbaik adalah kembali ke agama, kembali ke asas, kalau dunia tidak kita kuasai, ditambah agama juga, maka kita mendapat dua kerugian,".

Bagaimana tidak, kemajuan yang pernah kita raih adalah hasil dari asas islam, kalau asas ini tidak diperbaiki maka semaju apapun teknologi dan penemuan tidak ada artinya.

Kemudian Al-Alamah Mustafa Sabri menghikayahkan ungkapan Umar bin Abdul Aziz. "Puncak dunia sudah saya kuasai (menjadi khalifah) maka sekarang saat nya kembali ke asal yaitu agama.

Umar bin Abdul Aziz adalah sosok yang sudah menguasai dunia tapi agama tetap jadi prioritas, agam harus kita dahulukan dan kokohkan.

Apa arti suatu bangsa yang maju kalau asalnya hilang. Apa arti suatu umat maju kalau identitas tidak ada. Maka, kita bisa pahami kenapa ulama sangat fokus dan mempertahankan turast, mengkaji islam melalui turast, sibuk dengan memberi syarah dan hasyiah, tujuan tidak lain adalah menjaga kualitas agama, melalui turastlah kemurnian agama terjaga.

Maka wahai kawan-kawan,studi ilmu di barat itu tidak terlalu ihtimam menjaga kualitas agama, mempertahankan kemurniannya, berbeda di timur, sebagai contoh di Al-Azhar, mereka fokus utamanya kaderisasi yang akan menjaga kemurnian agama. Sehingga lahirlah tokoh fikh, ulama tafsir, ulama hadist dan lain-lain.

Di samping itu, juga ada penelitian namun fokusnya adalah agama dan ilmu agama. Turast menjadi jalannya. Sedangkan di barat fokusnya tidak itu, fokusnya adalah riset, penelitian dan sejarah ilmu. Ini suatu yang bermanfaat bagi pelajar turast juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun