Setelah dua jam menunggu, Bilal akhirnya bertemu dengan dosen yang mengundangnya ke Istana kebanggaan masyarakat Aceh itu. Lalu, terjadilah perbincangan panjang, seperti halnya seorang anak dan ayah, yang sudah lama tidak bertemu. Nama beliau Teuku Cut Mahmud Azis akrab disapa Pak Poncut. Dosen favorit Bilal.
"Pak Poncut kasih informasi lowongan kerja, dengan kualifikasi, khusus perempuan dan kemampuan bahasa Inggris yang bagus dengan TOEFL minimal 600," ujar Bilal kesal. Karena, seandainya kualifikasi lowongan kerja itu tidak khusus untuk perempuan, artinya bisa juga untuk pria, Bilal mungkin akan langsung mengiyakan tanpa ragu, lowongan kerja itu sangat relate dengannya, ditambah dia juga mampu berkomunikasi menggunakan tiga bahasa asing yakni, Inggris, Jepang dan Prancis.
Bilal merupakan mahasiswa berprestasi di Universitas Al-Muslim Bireuen jurusan Hubungan Internasional. Dia pernah mengenyam pendidikan di Negeri Matahari Terbit, Jepang, selama setahun, lewat program pertukaran pelajar. Ia memiliki pengetahuan yang luas, terutama yang berhubungan dengan dunia internasional. Minggu depan Bilal akan mengikuti ujian tugas akhir.
"Itulah Din, Bok (panggilan akrab Soraya Balkis), bahasa Inggris memang modal utama sekarang, mereka yang bisa bahasa Inggris kerap sekali mendapat peluang hebat. Bahkan bahasa Inggris mampu mengalahkan kemampuan yang lain. Seolah seseorang yang bisa bahasa Inggris adalah orang yang cerdas, padahal tidak semua," tutur Bilal memberikan petuah.
Bilal juga berharap saya dan Bok serius dalam belajar bahasa. "Kalian punya akses yang sangat dekat, kita bisa belajar bersama," tutup Bilal. Kedatangan Pak Syeh dengan dua hidangan nasi goreng mampu mengganggu fokus kami.
Melakukan food plating bukan hanya untuk sajian di restoran. Warung Pak Syeh juga mempraktikkan hal serupa, meskipun tidak sesempurna di restoran. Di atas piring ceper plastik, Pak Syeh menata rapi nasi yang di bentuk bulat, lauk melingkari nasi dan pelengkap seperti timun, kerupuk dan daun selada melintang pada bagian tengah piring.
Perang Afghanistan dan Sejarah Taliban
Untuk beberapa menit setelah hidangan tiba, kami masih tenggelam dalam kelezatan nasi goreng kampung Pak Syeh. Dalam suapan yang hampir habis setengah piring, muncul di layar hp saya notifikasi berita dengan judul 'Perang Afghanistan dan Sejarah Taliban yang Kembali Berkuasa'. Karena penasaran, saya mencoba klik link berita itu, lalu membaca, tidak sampai selesai. Kemudian saya melihat ke arah Bilal, saya berpikir untuk bertanya ke Bilal. Sepengetahuan saya Bilal sangat paham dengan isu Internasional, apalagi di Timur Tengah. "Sepertinya mendapatkan pengetahuan secara langsung lebih mudah, ketimbang membaca," pikir saya.
Bilal juga pernah merekomendasikan saya beberapa bacaan yang berhubungan dengan perang Afghanistan, salah satunya buku berjudul 'Kite Runner' karya Khaled Hosseini. Namun saya sedang menunggu versi terjemahan.
"Lal, gimana melihat situasi di Afghanistan hari ini? Taliban kembali berhasil menguasai Ibukota Kabul," tanya saya singkat.