Mohon tunggu...
Kamal Ramdhan
Kamal Ramdhan Mohon Tunggu... Lainnya - Kampung Cokelat

Seorang ayah...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Membuat Penetas Telur Sederhana

8 Agustus 2015   13:40 Diperbarui: 8 Agustus 2015   13:40 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

 

 

Banyak orang-orang tidak beruntung yang waktunya habis demi mengurusi hal-hal yang tidak produktif. Ada juga orang-orang yang ‘sepertinya’ beruntung. Hidup sibuk dengan rutinitas yang tak kenal waktu tapi sebenarnya hanya mengumpulkan dosa sebagai bahan bakar api neraka, ngurusin proyek, ngurusin anggaran tapi di belakang diam-diam sikut sana sikut sini, mengambil yang bukan haknya. Sebenarnya hidup itu sederhana, kitalah yang kadang membuatnya sulit.

 

Saya suka hal-hal yang sederhana, makanya saya beri judul artikel ini dengan judul “Membuat Penetas Telur Sederhana” karena ayam saja yang tidak pake modal bisa menetaskan telurnya, kenapa kita tidak bisa.

Kok jadi seperti artikel filsafat. Oke, langsung saja kita siapkan bahan untuk membuat penetas telur. Oh ya, di pasaran penetas telur umumnya berharga 350 sampai 500 ribu rupiah. Kalau penetas telur yang saya  buat ini hanya beberapa ribu saja modalnya. Yang harus kita siapkan:

  • gunting atau cutter,
  • Box bekas kertas photo copy,
  • plastic mika yang biasa dipake sampul,
  • thermometer ruangan (thermometer ruangan ya, bukan thermometer buat ngukur suhu anak ketika sakit). Termometer  bisa dibeli di toko elektronik.
  • Botol air mineral bekas.
  • Lampu bohlam ukuran 5W 2 buah beserta kabel dan perlengkapan lain supaya lampu bisa menyala, atau satu juga boleh tergantung nanti karena di beberapa daerah suhu bisa berbeda, jika masih kurang bisa beli lampu ukuran 10W.
  • Dua spidol beda warna
  • Selembar kertas yang agak tebal dan bekas box lampu untuk membuat teropong.
  • lakban secukupnya.

Langkah pembuatan, beri lubang tutup box sehingga menyerupai gambar berikut.

 

 

box penetas telur

Beri plastic mika dari dalam supaya bisa dilihat proses inkubasi dari luar.

 

Pasang lampu, bisa dua buah atau hanya satu. Jika satu masih kurang panas bisa diganti ukuran wattnya. Beri sedikit jarak agar lampu tidak menempel plastic mika.

Seperti tampak pada gambar berikut.

 

bagian tutup box

Untuk bagian bawah beri lubang fentilasi untuk udara dan untuk menaruh air.

 

box jadi

 

 

Tempat menaruh air dalam botol air mineral yang sudah dipotong sebagian.

 

Selanjutnya beri sekat antara atas dan bawah, prinsipnya supaya telur tidak nyemplung ke air kurang lebih 2 centi dari atas wadah air. Oh ya air berguna untuk menjaga kelembaban. Dasar ilmunya, karena ada panas maka air dalam telur akan menguap melalui pori-pori, maka air dari botol bekas dibawah akan menggantikan air yang menguap. Jadi air dalam botol adalah harus, dan tidak boleh habis. Jangan lupa beri lubang kecil-kecil pada sekat supaya uap air bisa naik.

Kurang lebih akan jadi seperti berikut:

 

 

 

 

 

 

Termometer bisa diberi dobel tip agar menempel pada dinding box.

Pembuatan box penetas telur sudah selesai. Tinggal buat elemen lainnya sebagai pelengkapnya yaitu alat teropong telur.

 

Kira-kira seperti dibawah ini alatnya.

 

alat peneropong telur

 

Pasti mudah membuatnya kan. Saya menggunakan bungkus lampu untuk menaruh lampu dan sedikit kertas untuk menahan telur nantinya agar bisa focus kedalam lampu.

 

Kenapa harus ada peneropong? Gunanya adalah untuk mengamati perkembangan embrio dalam telur.

Jika sudah selesai semua, tinggal taruh telur-telurnya. Ayam yang saya tetaskan adalah jenis ayam serama, yang  pendek, lucu dan menggemaskan. Beri garis atau tanda pada kulit telur dengan dua spidol warna merah dan hitam. Gunanya adalah untuk menandai bagian atas dan bagian bawah, karena telur harus dibalik setiap hari agar tidak ‘gosong’, merah untuk pagi sehabis subuh dan hitam untuk sore menjelang maghrib. Dan jangan lupa diberi tanggal supaya tahu kapan telur itu harus menetas. Pengalaman saya, saya taruh beberapa telur tidak dalam waktu yang sama, karena saya ‘mencuri’ dari telur ayam yang ada dikandang dan harus nunggu ayam bertelur tiap hari. Tentunya kandang saya sendiri, bukan milik tetangga, :) Pertahankan suhu pada kisaran 36-38⁰C. Pengalaman saya, jika suhu turun (malam hari) saya tutup dengan kain supaya suhu tetap hangat, dan jika suhu naik saya buka tutup sedikit agar ada udara yang masuk. Pokoknya usahan tetap berada pada suhu 36-38⁰C. Proses menunggu telur menetas dan kegiatan membalik telur adalah kegiatan yang menjenuhkan, tapi bukankah segala usaha membutuhkan kesabaran. Ayam saja  bisa tidak makan selama mengerami, masa kita tidak mampu? lebih jelasnya lihat gambar berikut.

 

 

 

 

Angka dua adalah tanggal pada saat menaruh telur, dan begitu seterusnya.

 

Setelah seminggu telur sudah bisa diamati, apakah ada embrio atau tidak. Inilah gunanya alat teropong tadi, karena jika tidak jadi telur masih bisa digoreng atau direbus. Jika jadi maka ada tanda (titik) hitam yang ikut bergerak pelan kalau digerakkan. Seperti gambar berikut.

 

 

 

embrio mulai terlihat bintik hitam

Jika tidak ada, sebaiknya disingkirkan, karena telur masih bagus dan masih bisa dimakan.

Setelah 18 sampai 21 hari telur akan menampakkan tanda-tanda akan menetas.

 

 

 

 

 

 

Satu telur menetas.

 

 

Selanjutnya dua, dan beberapa hari berikutnya sesuai dengan tanggal waktu menaruh telur.

PENTING!!

  • Jangan pernah membuka telur yang akan menetas. Biarkan telur menetas dengan usahanya sendiri. Proses anak ayam keluar dari telur sangat lama bahkan bisa sampai satu hari satu malam. Jika dalam dua hari tidak keluar, baru bisa dibantu dengan membuka cangkang pelan-pelan. Ingat, cangkang juga bagian dari tubuh embrio yang mempunyai selaput darah dan urat nadi, jadi hati-hati, jika tidak, anak ayam yang  belum waktunya menetas akan kehabisan darah karena cangkang yang sobek oleh tangan kita. Itulah kenapa ayam butuh waktu lama untuk keluar karena mungkin terasa sakit karena robekan cangkangnya.

Setelah beberapa minggu, inilah hasilnya. Anak-anak ayam yang lucu dan ceria.

 

 

 

Terlihat induk dan ‘bapak’ si ayam tidak mengenali anaknya, padahal anak-anak ayam inilah yang saya ambil dari induknya waktu masih berupa telur. Benar-benar tidak tahu diri saya.

Sekian dulu artikel sederhana ini, tetap hidup produktif dan sederhana. Dan terima kasih sudah menyempatkan membaca.

----------------

*) semua foto diatas adalah dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun