Mohon tunggu...
Kamalia Purbani
Kamalia Purbani Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Pemerintahan, Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Perempuan

Purnabakti PNS Pemerintah Kota Bandung. Terakhir menjabat Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan. Pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Pemberdayaan Perempuan, Kepala Kantor Litbang, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, Kepala Bappeda, Inspektorat, Staf Ahli Walikota Bidang Teknologi Informasi, Asisten Daerah Pemerintahan dan Kesra

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Memperingati Hari Ayah: Kesiapan Menjadi Ayah yang Baik

14 November 2022   21:39 Diperbarui: 14 November 2022   21:52 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MEMPERINGATI HARI AYAH

Beratnya Tugas Seorang Ayah

Hari Ayah diperingati baik pada skala dunia maupun nasional. Walaupun sedikit berbeda latar belakangnya, namun tujuannya hapir sama yaitu untuk mengingatkan kepada kita semua tentang betapa pentingnya peran seorang ayah dalam keluarga.

Hari Ayah Sedunia diawali dengan kisah pada bulan Mei 1909, di mana seorang anak bernama Sonora Smart Dodd mendengarkan pidato Hari Ibu di Gereja. Setelah itu, Ia ingin menetapkan sebuah hari untuk Ayahnya, William Jackson Smart. Ibu Dodd meninggal saat melahirkan. 

Oleh karena itu, sang ayah yang mengurus Dodd beserta lima saudara lainnya. Awalnya, Dodd ingin merayakan Hari Ayah Sedunia pada tanggal 5 Juni sesuai dengan ulang tahun ayahnya. Butuh waktu banyak untuk mewujudkan keinginan Dodd, sampai pada akhirnya, Hari Ayah Sedunia pertama kali dirayakan pada tanggal 19 Juni 1910 (situs LiveScience).

Berbeda dengan Hari Ayah Sedunia, Hari Ayah Nasional jatuh pada 12 November. Menurut situs Anggun Paud Kemdikbud, Hari Ayah Nasional digagas oleh sekumpulan wanita yang bernama 'Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP)' dan pertama kali dideklarasikan di Solo pada tahun 2006 pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Peran Ayah bagi keluarga

Berbagai sumber menjelaskan bagaimana besarnya peran dan tanggungjawab seorang ayah, mulai dari sebagai pencari nafkah, partner bagi ibu, pemimpin, pelindung, penerap kedisiplinan, pemberi teladan, pemberi Perhatian dan kasih sayang, pendidik, pemberi Motivasi, pembimbing, sebagai teman serta seorang penolong yang selalu siaga.

Mendidik seorang anak bukan hanya menjadi tanggungjawab seorang ibu, tapi juga seorang ayah. Saat seorang ayah ingin mendidik anaknya menjadi seorang laki-laki sejati, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian (https://prsoloraya.pikiran-rakyat.com/pendidikan).

Kehadiran sosok Ayah juga penting bagi anak, khususnya anak laki-laki yang kelak akan menjadi seorang pemimpin bagi keluarga kecilnya di masa depan. Peran seorang ayah juga penting bagi pembentukan karakter anak yang kelak harus menjadi laki-laki sejati di masa mendatang.

Beberapa peran penting tersebut adalah:

  • Ayah harus terlibat mendidik anak sejak usia dini. Ayah juga harus berada di samping anak saat dibutuhkan. Karena hal itu bisa membangun bonding antara Ayah dan anak, sehingga anak akan dekat dan percaya pada Ayahnya.

  • Saat anak laki-lakinya berusia 7-14 tahun dan 15-21 tahun, seorang ayah harus benar-benar meletakkan anak laki-lakinya sebagai prioritas perhatiannya, sesibuk apapun.

  • Ayah harus benar-benar merasakan atau memberikan pengalaman dan waktu terbaik saat bersama anak laki-lakinya. Karena anak laki-laki bisa merasakan ketika Ayah tidak menikmati waktu bersamanya atau hanya sebatas formalitas menggugurkan kewajiban saja.

  • Ayah juga perlu lebih terbuka menunjukkan rasa sayangnya (demonstrative), sehingga anak akan mampu merasakan kedekatan antara dirinya dengan Sang Ayah.

  • Seorang Ayah harus hadir setiap saat untuk anak laki-lakinya, bukan saat momen bahagianya saja, tapi juga ketika anak sedang menghadapi masalah yang memerlukan dukungan atau bantuan.

Situs parenting fimela.com menjelaskan bagaimana pentingnya peran seorang ayah dalam kehidupan seorang anak perempuan, sebagai berikut:

1. Ayah Membentuk Kepercayaan Diri Anak Perempuannya

Perbedaan antara ayah yang penuh kasih, perhatian, dengan ayah yang tidak pernah hadir, dapat berdampak besar pada bagaimana seorang anak tumbuh dewasa. Untuk mengembangkan harga diri yang positif, ikatan ayah dan anak yang sehat adalah kuncinya.

2. Ayah Mempengaruhi Citra Tubuh Anak Perempuannya

Dengan menunjukkan cinta tanpa syarat kepada pasangan dan putrinya, seorang ayah dapat membantu menumbuhkan citra tubuh yang positif pada putrinya yang akan melekat padanya selama hidupnya.

3. Ikatan Ayah dengan Anak Berhubungan dengan Kemampuan Akademiknya

Studi terbaru menunjukkan bahwa ikatan ayah dengan anak yang kuat tidak hanya membentuk harga diri, citra tubuh, hubungan, dan sifat perilaku anak perempuan, tetapi bahkan berdampak pada kemampuan mereka untuk berprestasi secara akademis.

4. Ayah Memengaruhi Perilaku Anak Perempuannya

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bukan hanya seorang ibu, ayah juga memiliki pengaruh besar pada anak-anak mereka dalam hal perkembangan sifat perilaku. Ayah yang menunjukkan cinta kepada anak perempuan mereka dan menerima mereka apa adanya, membantu menumbuhkan rasa diri yang positif.

5. Ayah Mempengaruhi Sifat Sosial Anak Perempuannya

Penelitian telah menunjukkan bahwa anak perempuan yang sejak lahir sampai dewasa berkomunikasi secara teratur dengan ayah mereka dengan cara yang positif, akan mampu berkomunikasi lebih baik dengan pria atau pasangannya.

6. Ayah Membantu Menentukan Hubungan Romantis Masa Depan untuk Anak Perempuannya

Sejak usia dini, seorang anak perempuan belajar apa yang harus dicari dalam pasangan romantisnya dengan mengamati tindakan, perilaku, dan sifat ayahnya sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa hubungan ayah dengan anak yang sehat dikaitkan dengan perilaku seksual yang lebih positif.

Bagaimana menyiapkan seorang Ayah yang mampu menjalankan perannya dengan baik? 

Walaupun umur tidak selalu berkorelasi positif dengan tingkat kedewasaan, namun bisa menjadi salah satu patokan. Saya pribadi sangat setuju dengan revisi Undang-Undang yang mengatur tentang usia perkawinan baik bagi laki-laki dan perempuan. Sebelumnya, pemerintah hanya mengatur batas usia minimal perempuan untuk menikah yakni 16 tahun. 

Aturan tersebut tertuang dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan . Kemudian, UU tersebut direvisi dengan UU Nomor 16 Tahun 2019 yang berlaku sejak 15 Oktober 2019. 

Dalam aturan baru tersebut, menyebut bahwa usia minimal untuk menikah adalah 19 tahun baik untuk perempuan maupun laki-laki. Hal ini sudah sesuai dengan ketentuan Kemen PPPA, dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Dalam peraturan itu, disebutkan bahwa kategori anak adalah mereka yang usianya di bawah 18 tahun.

Pernikahan anak usia dini disebutkan membawa dampak buruk karena bisa meningkatkan risiko stunting, perceraian, hingga masalah kesehatan seperti kanker mulut rahim dan osteoporosis. 

Bagi laki-laki, pernikahan dini berpotensi belum siapnya dia melaksanakan perannya yang sedemikian berat, sebagai kepala keluarga yang harus mampu mengayomi dan melindungi keluarganya. Kesiapan laki-laki sebagai ayah utamanya bukan dari sisi kesiapan fisik dan finansial, namun kesiapan psikologis, kematangan mental untuk memikul tanggungjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun