Bukan kisah seorang badgril yang bertemu dengan cowonya, bukan kisah benci yang menjadi cinta, bahkan bukan kisah sahabat kecil yang menjadi teman pendamping sehidup semati. Kisah ini tentang seorang anak perempuan yang ditinggal orang tua nya sejak kecil.
 Aruna Putri Aditama, anak pertama dari 3 bersaudara. Seorang anak perempuan yang tinggal di desa kecil bersama Mbah, Mbah Ibu. Dibesarkan di rumah sederhana yang dikelilingi dengan kebun sayur dan tanaman bunga cantik. Kehidupan kami tenang, namun penuh warna.
Mbah Ibu adalah sosok yang penuh akan kasih sayang. Dia selalu bangun lebih pagi dari aku, menyiapkan sarapan dengan sepenuh hati. Setiap hari, aroma nasi goreng  yang menggoda mengisi udara pagi di rumah kami. Aku ingat betul, betapa bahagianya aku ketika menyantap sarapan sambil bercerita dengan Mbah Ibu tentang mimpiku.
Mbah Ibu suka bercerita. Dalam setiap kisahnya, aku seolah dibawa ke dunia yang jauh, penuh petualangan. Dia sering menceritakan tentang masa mudanya, dan bagaimana ia pernah bertemu dengan banyak orang dari berbagai tempat. Cerita-cerita itu membuatku merasa seolah memiliki dunia yang lebih luas meski hanya tinggal di desa.
Suatu sore, saat matahari mulai tenggelam, aku dan Mbah Ibu duduk di teras rumah. Langit berwarna jingga keemasan, dan burung-burung kembali ke sarangnya. Mbah Ibu menatapku dengan senyuman, lalu berkata, "Arun, kamu tahu tidak, setiap senja ada cerita yang harus kita tangkap."
"Apa itu, Mbah?" tanyaku penasaran.
"Setiap senja adalah waktu yang tepat untuk mengingat semua hal yang kita syukuri. Hari ini, kamu bisa ceritakan padaku hal yang paling kamu syukuri," katanya sambil mengusap kepalaku lembut.
Aku berpikir sejenak. Banyak hal yang membuatku bahagia, tetapi ada satu yang paling mendalam. "Aku bersyukur karena memiliki Mbah Ibu. Mbah selalu ada untukku, mendengarkan semua ceritaku," jawabku tulus.
Mbah Ibu tersenyum lebar. "Itu adalah hal yang indah, Arun. Mbah juga bersyukur memiliki kamu di sini. Kamu adalah cahaya dalam hidup Mbah."
Kami terdiam sejenak, menikmati kehangatan saat senja. Tiba-tiba, aku teringat pada temanku di sekolah yang sering berbagi cerita tentang orang tuanya. Aku pun penasaran. "Mbah, kenapa aku tidak tinggal bersama Ayah dan Ibu?"
Mbah Ibu menatapku dengan lembut. "Kadang, hidup membawa kita ke jalan yang berbeda. Mereka bekerja di kota agar bisa memberikan yang terbaik untukmu. Tapi di sini, Mbah ingin kamu tahu, cinta dan kasih sayang Mbah tidak kalah besar. Kamu selalu ada di hati mereka."