Mohon tunggu...
Kamakara Community Official
Kamakara Community Official Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kamakara Community Mahasiswa Universitas Indonesia

Bergerak dibidang aksi sosial, edukasi, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inovasi Kartu Atraktif FORSHIVA: Upaya Kamakara Community Mahasiswa Universitas Indonesia Mencegah HIV/AIDS di Kalangan Remaja Bali

2 November 2024   09:20 Diperbarui: 2 November 2024   13:19 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerahan kartu atraktif FORSHIVA kepada perwakilan siswa ektrakurikuler KSPAN dan PMR 

Kesehatan remaja merupakan salah satu fokus penting dalam upaya pencegahan HIV/AIDS di Indonesia. Menyadari urgensi ini, Kamakara Community, yang terdiri dari dosen dan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dari Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas Teknik (FT), dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) yaitu Dr. Widyatuti, M.Kes., Sp.Kom sebagai Dosen Pendamping Lapangan dan Rochmad Nur Ihsan sebagai Ketua Tim serta anggota tim lainnya termasuk Dewi Fauziah, Frisca Meidyas Putri, Rahma Rosita Dewi, Rahmanda Fayyasy Pratama, dan Cesare Rafahsya Ridwan, menggelar kegiatan pengabdian masyarakat menggunakan pendekatan unik berupa permainan kartu atraktif untuk memberikan edukasi tentang bahaya dan pencegahan HIV/AIDS remaja di kota Denpasar, Bali. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada para remaja mengenai pentingnya kesadaran dan pencegahan terhadap HIV/AIDS.

Didukung oleh Hibah Kepedulian Masyarakat Universitas Indonesia, Kamakara Community membawakan tema “FORSHIVA (Forum Remaja Stop HIV/AIDS): Pemberdayaan dan Permainan Kartu Atraktif sebagai Upaya Promosi Pencegahan HIV/AIDS Remaja” di Kota Denpasar, Bali, terhitung sejak tanggal 18-25 Juli 2024. Dalam pelaksanaannya, pemilihan Kota Denpasar, Bali sebagai salah satu kota intervensi adalah menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali menunjukkan bahwa pada tahun 2023 terdapat 1.000 kasus baru HIV/AIDS di Bali, khususnya di Kota Denpasar dengan 20% di antaranya adalah remaja. Hal ini menunjukkan bahwa remaja merupakan kelompok yang rentan terhadap HIV/AIDS sehingga tim mampu mengembangkan program inovasi pemberdayaan dan pencegahan HIV/AIDS pada remaja di kota Denpasar, Bali. Selain itu, tim pengabdi juga bermitra dengan SMAN 2 Denpasar yang merupakan salah satu sekolah favorit di Kota Denpasar yang turut membantu dalam suksesnya acara.

Selama satu pekan, seluruh rangkaian acara yang berdampak bagi remaja diselenggarakan, dimulai dari edukasi materi dan pencegahan HIV/AIDS, edukasi pengembangan diri remaja, edukasi penggunaan alat rapid test HIV, permainan kartu atraktif, pemeriksaan kesehatan remaja secara gratis, dan ditutup dengan sharing session.

Kegiatan di lokasi, yaitu SMAN 2 Denpasar di Denpasar, Bali, terdiri dari beberapa tahap. Pertama, assessment dilakukan pada hari pertama dengan wawancara selama 30-60 menit bersama kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Kedatangan kami di sana disambut hangat oleh pihak sekolah. Selain itu, dilakukan penyebaran leaflet informasi kepada siswa-siswi SMAN 2 Denpasar dibantu oleh perwakilan siswa dari ekstrakurikuler Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (KSPAN) dan Palang Merah Remaja (PMR). Hari kedua dan ketiga kami melakukan persiapan seperti membuat media edukasi dalam bentuk PowerPoint, games, evaluasi pengetahuan peserta kegiatan, dan juga menyiapkan konsumsi untuk peserta kegiatan.

Kepala SMAN 2 Denpasar memberikan sambutan
Kepala SMAN 2 Denpasar memberikan sambutan

I Gede Eka Mahendra, S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMAN 2 Denpasar mengungkapkan “Kegiatan ini sangat baik ya dilaksanakan, apalagi mahasiswa Universitas Indonesia yang mengadakan, hal ini bisa jadi contoh untuk adik-adiknya. Kami mengucapkan terima kasih sudah mau menjadikan SMAN 2 Denpasar sebagai tempat pengabdian masyarakat. Kegiatan ini sangat bermanfaat dalam menambah pengetahuan serta wawasan anak didik kami mengenai HIV/AIDS.”

Melalui FORSHIVA, Kamakara Community berupaya mengemas materi edukasi tentang HIV/AIDS dengan cara yang interaktif, menarik, dan mudah diterima oleh remaja. Dipandu oleh mahasiswa dari Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK), tim memulai hari ketiga dengan sesi edukasi konsep dasar HIV/AIDS, edukasi life skill menolak perilaku seks bebas, dan permainan kartu atraktif FORSHIVA dilaksanakan dari pukul 08.00 hingga 13.00 WITA. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang kuat kepada para peserta, khususnya siswa-siswi SMAN 2 Denpasar mengenai bahaya HIV/AIDS serta pentingnya menjaga kesehatan reproduksi mereka. Edukasi konsep dasar HIV/AIDS bertujuan untuk menjelaskan secara mendetail apa itu HIV dan AIDS, bagaimana virus ini menular, serta dampak jangka panjang bagi kesehatan seseorang. Melalui penjelasan ini, peserta diharapkan dapat memahami perbedaan antara HIV dan AIDS, serta cara pencegahannya yang efektif. Kegiatan ini penting agar para remaja tidak hanya memahami bahaya penyakit ini, tetapi juga terhindar dari mitos dan stigma yang seringkali salah mengenai HIV/AIDS.

Selain itu, edukasi life skill diberikan untuk membekali para remaja dengan kemampuan menolak perilaku seks bebas, yang merupakan salah satu faktor risiko terbesar dalam penyebaran HIV. Sesi ini melibatkan latihan komunikasi asertif, di mana peserta diajarkan bagaimana cara menolak ajakan atau tekanan dari lingkungan yang berpotensi mengarahkan mereka pada perilaku berisiko. Keterampilan ini dianggap sangat penting, terutama bagi remaja yang berada dalam masa pencarian jati diri dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan.

Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan para siswa SMAN 2 Denpasar secara aktif dalam permainan yang dirancang tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media pembelajaran. Permainan ini memuat berbagai informasi penting tentang HIV/AIDS, mulai dari cara penularan, gejala, hingga metode pencegahan. Dengan cara yang interaktif dan menyenangkan, para siswa diajak untuk memahami isu HIV/AIDS secara mendalam tanpa merasa terbebani oleh materi yang berat.

Kartu atraktif FORSHIVA tidak hanya memberikan informasi yang berbasis sains, tetapi juga berupaya memecahkan stigma dan mitos yang masih beredar di masyarakat terkait HIV/AIDS. Mahasiswa UI dari Kamakara Community menjelaskan bahwa salah satu misi utama mereka adalah meluruskan kesalahpahaman yang kerap membuat para pengidap HIV/AIDS dijauhi atau didiskriminasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun