Belajar dari barat, namun tetap menjaga identitas sendiri.Â
Tan Malaka
Untuk komparasi atau perbandingan dari segi keilmuan barat itu sendiri sebenarnya dari timur sebagai gudang pengetahuan tak terbatas, yang mencakupi dan atau ter inklusi kehidupan manusia, secara signifikan bisa saja mengubah peradaban kuno ke modern. Peradaban kehidupan di bumi.
Dimulai dari membaca, memandang sekaligus menjadi individu di negara-negara maju dan dengan harapan juga desa harus maju, dan maju di sini bukan tentang infrastrukturnya atau pembangunannya saja, tapi dari segi berpikirnya. Jika memang terbentuk dari kultur atau budaya membaca, berargumentasi, dan bisa merumuskan pendapat pribadi.
Dari membaca setidaknya membentuk tiga sub konsep:
- Informatif (informasi)
- Formasi (formatif)
- Kontemplasi (kontemplatif)
- Informatif: Dengan kita membaca, mau dari artikel, koran, majalah, telepon genggam, dan atau buku-buku, kita segera mendapat informasi dari barisan-barisan tulisan.
- Formatif: Segera setelah mendapat informasi dari sekian tulisan-tulisan yang berpengetahuan, neuron pada otak akan mendorong untuk mengaktifkan pembentukan formasi. Formasi ini akan mempengaruhi dan atau memberi saran, bahwa bagaimanapun ke depannya seperti apa untuk sebuah pencarian. Kemudian, memahami segala bentuk gagasan yang tertulis dalam informasi dan pengetahuan.
- Kontemplasi: Setelah kita mendapatkan dari dua hal di atas yang tertulis, maka memang seharusnya ada fase atau waktu-waktu tertentu untuk bisa merenungkan atau kontemplasi, agar bisa lebih jauh lagi tentang sebuah pemikiran yang sudah terasupi gagasan dan informasi dari tulisan-tulisan yang sudah dibaca.
Dari artikel di atas kita berupaya untuk peka, tumbuh kesadaran, dan terkonsolidasi atau berusaha memiliki ikatan kesatuan supaya lebih maju dan modern lagi tentang sebuah pemikiran. Bahkan leluhur kita menyampaikan pesan seperti itu. Generasi ke generasi memiliki cara sudut pandang yang cenderung berbeda, dari sebuah pembelajaran hingga penerapannya.Â
Pada segi membaca bukan sekadar membaca, tapi berusaha untuk bisa memahami dari sebuah ilmu pengetahuan. Untuk membaca bukan hanya membaca tulisan-tulisan saja, tapi dari tulisan-tulisan yang sudah dibaca pun harus diseimbangi dengan membaca sekitar. Membaca lingkungan alam, aspek sosial, budaya, dan sejarah. Terus seperti itu agar menjadi siklus yang memiliki nilai positif.
Dari kita melihat ke arah belakang adalah sebuah ancang-ancang untuk berlari ke depan diikuti dengan pembelajaran-pembelajaran lainnya. Dengan seperti itu mencoba memaksimalkannya supaya memitigasi atau mengurangi ketidaktahuan tentang ilmu pengetahuan. Ilmu agama, sosial, politik, bertani, lingkungan (ini sangat penting) dan lain sebagainya. agar berguna kepada sesama manusia yang adil dan beradab.
Saya mengajak dan atau kita untuk saling berpikir dan tukar pikir, melanjutkan pesan-pesan leluhur kita dan berusaha juga untuk mengimplementasikan atau menerapkannya pada ke kehidupan sehari-hari, agar bisa terus hidup, terhidupi, dan menghidupi. Karena hidup bukan hanya mengisi perut saja.
Berilah ruang pada diri kita sendiri, berilah ruang pada manusia-manusia yang ingin belajar.
Ketika semuanya terlalu nyaman, maka dunia akan berhenti. Ketika semua bergerak, semua hidup.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!