Namun dengan diberhentikannya Hasyim sebagai Ketua KPU, terutama karena pelanggaran etik tindakan asusila, otomatis membuatnya isi khotbahnya tidak memiliki arti. Sifat kebinatangan itu ternyata tidak bisa dikendalikan oleh dirinya sendiri.
Bahkan Menteri Agama sekaligus Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Yaqut Cholil Qoumas, terkecoh oleh sepak terjang Hasyim yang ternyata pernah mendapat sanksi peringatan keras dari DKPP beberapa kali.
"Ada ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Hasyim Asy'ari. Bapak Presiden, Hasyim Asy'ari ini mantan komandan Banser Jawa Tengah. Jadi keluarga besar Ansor Banser. Jadi enggak heran Bapak, jadi bersama Ansor Banser tentu aman dunia dan akhirat insya Allah," kata Yaqut di hadapan Presiden Joko Widodo ketika menyapa hadirin dalam pembukaan Kongres XVI GP Ansor di Pelabuhan Tanjung Priok.
Para badut politik. pic.twitter.com/wLzwx19aAM--- Dandhy Laksono (@Dandhy_Laksono) July 3, 2024
Naluri Kebinatangan
Dalam perilaku seks, naluri kebinatangan manusia berperan cukup besar sehingga memungkinkan perilaku seks yang kasar. Sebagai mahluk seksual, manusia adalah spesies binatang tersendiri yang bisa menjadi lebih brutal dari binatang paling buas sekalipun.
Menurut Michel Foucault, seks adalah sebentuk permainan kekuasaan (game of superiority and inferiority). Maka dalam wacana politik sebagai panggung kekuasaan, kita juga melihat 'kebinatangan' manusia dengan jelas. Politik bisa menjadikan manusia sangat kejam.
Sebagai binatang seks, eksistensi manusia sudah bercampur dengan eksistensi manusia sebagai mahluk paling luhur di muka bumi.
Perilaku seks manusia berada dalam ketegangan tarik-menarik antara kebinatangan dan keluruhan. Ketegangan tarik-menarik inilah yang memungkinkan eksplorasi dalam perilaku seksual manusia berkembang dalam berbagai bentuk, variasi, dan faktor-faktor lain di luar seksualitas.
Bila unsur pengaruhnya bersumber dari kekerasan maka terjadilah sexual abuse, sadomasochisme, atau anger rape.
Tidak Profesional dan Berintegritas