Mohon tunggu...
Kalina Putri
Kalina Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi saya memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Pendidikan Bermoral dalam Membentuk Generasi Penerus yang Berintegrasi

29 Juni 2024   19:18 Diperbarui: 29 Juni 2024   20:09 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Jika hal ini bisa dilaksanakan dengan baik, niscaya generasi akan memiliki moral yang baik, akhlak mulia, budi pekerti yang luhur, empati, dan tanggungjawab. Sehingga yang kita saksikan bukan Iagi kekerasan dan tawuran, melainkan saling membantu, menolong sesama, saling menyayangi, rasa empati, jujur dan tidak korup, serta tanggungiawab. Jangankan memukul atau membunuh, mengejek, mengeluarkan kata-kata kotor dan menghina teman pun tidak boleh karena dinilai sebagai melanggar nilai-nilai moral.

METODE

 

Dalam metode ini bahwa pancasila dalam pendidikan moral sangat penting dalam membentuk generasi penerus yang berintegritas karena memberikan kerangka kerja bagi siswa untuk memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai etis yang penting. Ini membantu mereka mengembangkan karakter dan membuat keputusan yang bertanggung jawab, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.

Pendidikan moral juga membantu siswa memahami konsenkuensi dari tindakan mereka dan belajar mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka dan belajar. Ini membantu mereka menjadi warga yang bertanggung jawab dan berpatisipasi. Secara keseluruhan, pendidikan moral memainkan peran penting dalam membentuk generasi penerus yang bertanggung jawab atas apa yang mreka lakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN 

Pendidikan Moral dan Karakter Pendidikan moral adalah syarat keberadaan perlunya kontol dan realisasi sosial dari dalam filsafat tradisional atau biasa disebut dengan " perkembangan manusia" yaitu, pergerakan dari keadaan yang tidak diinginkan menjadi lebih baik. Menurut (Character & World, 2014) Proses memasukkan perkembangan manusia ke dalam diri sendiri tradisi filosofis adalah menemukan, memahami, dan kemudian menafsirkan ide-ide fisuf seperti Buddha, Socrates, Plato, Kant tentang ide atau pemikiran terkait dengan identitas diri sebagai manusia, yaitu suatu perkembangan bertahap seperti yang disebut Buddha di mulai dengan kehidupan meditasi dan pertapaan sederhana, bertindak tanpa kepentingan pribadi,menghasilkan karma baik, menghasilkan kehidupan yang akan datang lebih baik dan akhirnya pembebasan total dari nafsu. Ide-ide Socrates, Plato dan Aristotales memperbandingkannya, yaitu suatu pemikiran tentang konsep moral dan akhirnya berkaitan dengan teori moral.

Dalam hal ini Plato menyatakan bahwa teori moral adalah penilaian tentang apa yang harus dilakukan di dasarkan pada prinsip- prinsip moral yang bersumber dari nilai-nilai kebajikan. Menurut Plato nilai kebajikan juga memiliki statusnya kebenaran abadi. Tidak seperti Plato, kebajikan Aristotales bahwa kebajikan diakitkan dengan pilihan ada di dalamnya dan ditentukan oleh kecerdasan dan cara orang yang memiliki kebijaksanaan praktis unutk mendefinisikannya. Dengan mengeksplorasi dan membandingkan pemikiran beberapa fisuf, dari sini berhasil menempatkan konsepsi moral dalam tradisi filsafat dan menambatkan teori moral menjadi lebih praktis.

Tambatan ini diperkuat oleh adanya uraian dari Sherman mengenai kebijaksanaan praktis Aristotales, disebutkan bahwa kebijaksanaan praktis atau phronesis adalah dasar dari psikologi moral perkembangan kognitif Aristotales atau teori pembelajaran social Aristotelian. Identifikasi Nancy Sherman terhadap kebijaksanaan praktis Aristotales bahwa terdapat empat bidang kebiksanaan praktis yaitu: persepsi, pertimbangan, (pembuatan keputusan), berfikir kolaboratif, dan pembiasaan.

Menurut Aristotales Persepsi adalah kepekaan moral, merupakan masalah pendidikan yaitu keberadaanya dalam diri ini seseorang bukan karena melekat sejak lahir melainkan dapat diperoleh melalui "pendidikan kepekaan". Menggunakan istilah silogisme praktis penulis menguraikan definisi persepsi Aristotales dan mendeskripsikannya sebagai "respon moral" bukan pembukaanya, mengutip Sherman "mengejar tujuan kebajikan tidak dimulai dengan membuat pilihan, tetapi dengan mengenali keadaan yang relevan pada tujuan tertentu" dari deskripsi persepsi penulis ini terlihat bahwa Aristotales setuju dengan Plato atau menggunkan pikiran Plato bahwa kebajikan adalah keadaan atau kebenaran yang hakiki.

KESIMPULAN DAN SARAN 

 

Pedidikan nilai moral/agama sangat penting bagi para remaja sebagai generasi penerus bangsa, agar martabat bangsa terangkat, kualitas hidup meningkat, kehidupan menjadi lebih baik, aman dan nyaman serta sejahtera. Kondisi faktual pendidikan nilai moral/agama di Indonesia dari tahun 1968 sampai saat ini masih terabaikan, belum ditangani secara terencana dan serius. Hal ini terbukti adanya jumlah jam pelajaran yang bernuansa pendidikan agama dan budi pekerti sangat minim, yaitu hanya 2 sampai 4 jam perminggu dari jumlah jam 34 sampai 42 jam perminggu.

  • Fenomena perilaku amoral remaja saat ini sangat mencemaskan dan meresahkan, bahkan telah mengganggu ketertiban umum dan membuat kehidupan tidak aman serta nyaman. Kalau hal ini tidak segera ditangani secara serius dan terencana yaitu dengan pendidikan nilai moral/agama, kemungkinan besar bangsa ini akan kehilangan generasi penerus.

  • Kondisi ideal remaja sebagai generasi penerus, merupakan individu yang sedang berkembang, dan oleh karena itu perlu diberi kesempatan berkembang secara proporsional dan terarah, dan mendapatkan layanan pendidikan yang berimbang antara pengetahuan umum dan pendidikan nilai moral/agama. Mereka memiliki peran dan posisi strategis dalam kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Para pendidik dan psikolog serta agamawan hendaklah menjalin kerj asama yang kondusifdemi terlaksananya pendidikan nilai moral yang proporsional dan professional di semua jenjang pendidikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun