Mohon tunggu...
Kalina Putri
Kalina Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi saya memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Pendidikan Bermoral dalam Membentuk Generasi Penerus yang Berintegrasi

29 Juni 2024   19:18 Diperbarui: 29 Juni 2024   20:09 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Kohlberg perkembangan sosial dan moral manusia terjadi dalam tiga tingkatan besar yaitu:

a tingkatan moralitas prakonvensional, yaitu ketika manusia berada dalam fase perkembangan remaja awal, yang belum menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.

b. tingkat moralitas konvensional, yaitu ketika manusia menjelang dan mulai memasuki fase perkembangan masa remaja, yang sudah menganggap moral sebagai kesepakatan tadisi sosial.

c. tingkat moralitas pascakonvensional, yaitu ketika manusia telah memasuki fase perkembangan masa remaja dan pasca remaja (usia 13 tahun ke atas), yang memandang moral lebih dari sekedar kesepakatan tradisi.

Pendidikan Nilai Moral

  • Fenomena Tingkah Laku Amoral Remaja

Kita seringkali menyaksikan di banyak mass media dan cetak, fenomena tingkah laku amoral remaja yang semakin hari semakin meningkat, dari tindakan amoral yang paling ringan, seperti: membohong, menipu, perilaku menyontek di sekolah, tidak menaati peraturan, mlanggar norma, mencaci maki, sampai pada tingkat yang paling menghawatirkan, mencemaskan dan meresahkan orang tua dan masyarakat, bahkan mengganggu ketertiban umum, kenyamanan, ketentraman, dan kesejahteraan, serta merusak fasilitas urnum, seperti: mencuri, menodong/merampok, menjambret, memukul, tawuran pelajar, tindak kekerasan, kriminal, mabuk, dan bahkan sampai membunuh, serta mutilasi.

Perilaku amoral, tawuran kolektif, menurut Gustve le Bon dalam bukunya The Crowd, identik dengan irasionalitas, emosionalitas, dan peniruan individu. Perilaku seperti ini berawal dari sharing nilai atau penyebaran isu, kemudian kumpulan individu tersebut frustasi dan akhimya melakukan tindakan anarkis. Faktor-faktor ini bisa menjadi penyebab terj adinya konflik yang dapat menimbulkan kerusuhan sosial " ujar Imam B. Pasojo, sosiolog dari UI.


  • Kondisi Ideal Remaja sebagai Generasi Penerus

Remaja sebagai generasi penerus bangsa memiliki peran dan posisi yang strategis. Mereka merupakan harapan masa depan bangsa. Maju atau mundumya bangsa dan Negara ada di pundak mereka. Kalau mereka maju maka majulah Negara, tetapi kalau meraka bobrok, mundur, dan loyo, maka mundurlah Negara. Sudut pandang psikologi para remaja sebagai generasi penerus memiliki potensi yang bisa dikembangkan secara maksimal. Potensi mereka yang prospektif, dinarnis, energik, penuh vitalitas, patriotisme dan idealisme harus dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan yang terrencana dan terprogram.

Remaja sebagai generasi penerus juga memiliki kemapuan potensial yang bisa diolah menjadi kernampuan aktual. Selain itu juga memiliki potensi kecerdasan intelektual, emosi dan sosial, berbahasa, dan kecerdasan seni yang bisa diolah menjadi kecerdasan aktual yang dapat membawa mereka kepada prestasi yang tinggi dan kesuksesan. Mereka memiliki potensi moral yang dapat diolah dan dikembangkan menjadi moral yang positif sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa dan Negara yang penuh dengan kejujuran, tidak korup, semangat yang tinggi dan bertanggungiawab. Potensi mereka yang prospektif, dinamis, energik, penuh vitalitas, patriotisme dan idealisme telah dibuktikan ketika zaman pergerakan nasional, pemuda pelajar telah banyak memberikan kontribusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pendidikan Nilai Moral dan Implikasinya

Melihat dan memperhatikan fenomena dan kondisi ideal remaja sebagai generasi penerus, maka pendidikan nilai moral perlu ditanamkan sejak dini dan harus dikelola secara serius. Dilaksanakan dengan perencanaanyang matang dan programyang berkualitas. Misalnyadenganjumlah jam pelajaran yang memadai, program yang jelas, teknik dan pendekatan proses pembelajaran yang handal serta fasilitas yang memadai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun