Mohon tunggu...
De Kalimana
De Kalimana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kisah Perburuan hingga Eksekusi Gembong PKI, DN Aidit

30 September 2018   16:48 Diperbarui: 30 September 2018   23:02 9120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba saatnya operasi penyergapan pada suatu malam, tim yang hanya terdiri dari 5 orang, yaitu Kolonel Yasir, Letda Ning Prayitno, Sertu Idit Sukardi, Pratu Karta Jaya, dan Pratu Roedito, plus 1 orang sopir militer  berpangkat kopral naik jeep tempur menuju persembunyian Aidit di desa Sambeng.

Pak Yasir memberi arahan, nanti sampai di depan rumah sasaran lampu mobil akan dinyalakan terang dan mesin mobil di gas keras, maka pasukan mulai mendobrak pintu. Hal itu dimaksudkan sebagai efek kejut.

Sesampainya di lokasi, 4 orang pasukan yang dipimpin oleh Letnan Ning turun dari mobil menuju rumah yang diidentifikasi sebagai tempat persembunyian DN. Aidit.  Sementara pak Yasir menunggu di mobil bersama seorang sopir bersiap memberi tanda waktu beraksi.   

Namun sesampainya di depan pintu, mungkin karena terlalu emosional sehingga tanpa menunggu tanda-tanda perintah dari pak Yasir pasukan langsung mendobrak pintu.  Setelah pintu terbuka pasukan langsung masuk, sambil berteriak "angkat tangan -- angkat tangan".

Di dalam rumah nampak ada 4 orang, yang satu diantaranya adalah Sri Hasto. Ketiga orang lainnya bersenjata.  Namun Aidit tidak tampak ada di dalam rumah itu. Keempat orang pengawal Aidit yang berada di dalam rumah itupun mengangkat tangannya.  Kemudian mereka diborgol dan dibawa ke mobil yang berada di depan rumah.  Selanjutnya Letnan Ning memerintahkan pasukan untuk mencari Aidit sampai ke kolong-kolong meja. "Masak ga ada. Ayo cari di kolong-kolong."

Ada sebuah lemari di sudut ruangan. Di bawah lemari terlihat ada sepasang kaki, berarti di belakang lemari ada orang.  Pak Ning berteriak " Siapa itu?!. Tangkap, kalau melawan tembak saja."  Orang dibalik lemari itupun keluar sambal bicara, "sabar... sabar... jangan ditembak." Ternyata dia adalah DN. Aidit, orang yang sedang dicari.

Kemudian Aidit berjalan menuju pak Ning dan berdiri di depannya.  Sambil bertolak pinggang Aidit berkata setenggah membentak kepada Letnan Ning, "Kamu siapa?" Dengan agak gugup pak Ning menjawab, " Saya petugas pak".  "Siapa yang menugaskan!!" tanya Aidit lagi. Pak Ning diam terpaku tidak menjawab.

"Kamu tau engga saya ini Menko. Sebentar lagi saya harus ikut rapat di Jakarta dengan Yang Mulia Presiden". Aidit melanjutkan, "Saya lagi nunggu kereta yang dari timur menuju Jakarta".  Sesaat kemudian, setelah dapat mengendalikan emosi pak Ning menghormat. "Bapak naik jeep di depan (rumah) pak", pinta pak Ning.  Kemudian mereka menuju Jeep.

Saat berada di dekat mobil, pak Yasir menghormat kepada DN Aidit. "Bapak akan saya bawa ke kantor saya di Loji Gandrung Solo", sambut pak Yasir.  Selanjutnya DN Aidit naik mobil bersama ke-empat pengawalnya yang sudah diborgol.

Mobil penuh sesak ditumpangi oleh 10 orang. DN Aidit dan 4 pengawalnya duduk di tengah-tengah. Pak Yasir duduk di depan dekat sopir. Sertu Idit dan Pratu Karta berdiri di samping. Letnan Ning dan Pratu Rudito di belakang. 

Foto: Mbah Roedito bersama istri dan cucu-cucunya|Dokumentasi pribadi
Foto: Mbah Roedito bersama istri dan cucu-cucunya|Dokumentasi pribadi
Interogasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun