Mohon tunggu...
De Kalimana
De Kalimana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memahami Hakekat Kebahagiaan

17 Agustus 2018   17:23 Diperbarui: 17 Agustus 2018   18:02 1318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika sedang melamun, sang raja melihat seorang tukang kebunnya yang sedang bekerja sambil bernyanyi dan tertawa ria. Setiap hari ia datang dengan senyuman dan pulang dengan keceriaan. 

Padahal gajinya pas-pasan dan rumahnya begitu sederhana. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya.  Saat dia pulang keluarganya telah menunggu dengan hidangan makan seadanya dan keluarga kecil ini pun makan dengan bahagia.

Raja pun heran melihat orang ini. Ia memanggil penasihatnya dan bertanya, "Telah lama aku hidup di tengah kegelisahan, padahal aku memiliki segalanya. Tapi aku sungguh heran melihat si tukang kebun itu. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya. Kadang-kadang ia tertidur di bawah pohon, seperti tak ada beban dalam hidupnya. Padahal ia tidak memiliki apa-apa."

Sang penasehat memberi penjelasan, "Padukan raja, tukang kebun bisa hidup bahagia seperti itu karena ia mensyukuri apa yang telah ia peroleh. Ia ikhlas dengan keadaan yang telah ditakdirkan.  Ia tidak berusaha mencari sesuatu di luar mimpinya"

Letak kebahagiaan 

Kalau kebahagiaan bisa dibeli, tentu orang-orang kaya akan membeli kebahagiaan itu dan orang miskin akan sulit mendapatkannya karena sudah diborong oleh mereka yang kaya.  Dan kalau kebahagiaan itu ada di suatu tempat, pasti belahan lain di bumi ini akan kosong, karena semua orang akan ke sana untuk memdapatkan hidup bahagia.  Untungnya kebahagiaan itu berada di dalam hati setiap manusia, sehingga kita tidak perlu membeli atau bersusah payah pergi mencari kebahagiaan itu.

Ungkapan bijak mengatakan, "Jika engkau ingin mencari kebahagiaan maka kebahagiaan itu ada di luar. Namun jika engkau ingin merasakan kebahagiaan maka kebahagiaan itu ada di dalam."  Orang-orang berada di tempat-tempat hiburan malam, diskotik, berdansa ria seraya mengkonsumsi narkoba, sesungguhnya ia adalah orang yang sedang mencari kebahagiaan. Karena hidupnya yang tidak bahagia, maka ia mencari kebahagiaan di luar.  Sedangkan orang yang menikmati teh hangat dan kue ringan bersama keluarga sambil bercanda ria, itulah orang yang bahagia. Mereka sedang merasakan kebahagiaan yang ada pada diri mereka.

Nabi Muhammad bersabda, "Hendaklah engkau berbahagia bila mempunyai hati yang bersyukur, lidah yang berzikir, dan istri (suami) yang membantunya dalam urusan akhirat" (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Di sisi lain, Nabi Muhammad juga menyampaikan bahwa ada 4 hal yang membuat hidup seseorang bahagia, yaitu (1) istri yang salihah, (2) anak-anak yang menyenangkan, (3) lingkungan (sahabat-sahabat) yang baik, serta (4) mempunyai penghidupan yang diusahakan di negeri sendiri. (HR Dailami).

Memberi Itu Membahagiakan

Dikisahkan ada seorang gadis mengontrak rumah bersebelahan dengan rumah seorang ibu miskin dengan 2 anak.  Pada satu malam tiba-tiba listrik padam, dan lampu peneranganpun mati. Dengan bantuan cahaya HP dia ke dapur mau mengambil lilin.  Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Ternyata anak miskin sebelah rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun