Hanya karena Taylor Swift menyelenggarakan konser selama enam hari, Singapura berhasil memperoleh keuntungan bagi negara berkali-kali lipat karena tingginya penjualan tiket pesawat dan kenaikan permintaan pemesanan hotel. Bahkan menurut para ahli, efek konser Taylor Swift diperkirakan dapat menyumbang keuntungan negara Singapura setara atau lebih dari A$ 1,2 miliar apabila merujuk pada konser Taylor Swift sebelumnya di Melbourne.
Selain konser di Singapura, efek Taylor Swift ini dirasakan di Inggris. Ketika Taylor Swift merilis album terbarunya bertajuk “1989 (Taylor’s Version) dan dijual dalam bentuk vinyl, antusiasme Swifties di Inggris sangat besar. Akibatnya, Kantor Statistik Nasional Inggris atau Office for National Statistic Inggris (ONS) memasukkan harga piringan hitam ke dalam daftar statistik inflasi setelah melihat perubahan pola belanja konsumen dengan penjualan tertinggi. Hal ini dipicu oleh penjualan piringan hitam album baru Taylor Swift yang tinggi. Penjualan piring hitam di Inggris meningkat sebanyak 6,1 juta copy pada tahun 2023 dan penjualan tersebut didominasi oleh penjualan album baru Taylor Swift.
Tidak hanya dirasakan oleh satu atau dua negara saja tapi satu benua, efek Taylor Swift ini berdampak hingga membuat jadwal penerbangan pesawat menuju Eropa semakin padat. United Airlines mencatat adanya peningkatan penjualan tiket pesawat sebesar 25 persen untuk menuju Lisbon, yaitu negara Taylor Swift menyelenggarakan konser. Selain Lisbon, terdapat peningkatan penerbangan di beberapa kota-kota di Eropa tempat Taylor Swift mengadakan konser seperti Madrid, Edinburgh, dan Dublin. Milan dan Munich pada Juli 2024 menjadi destinasi penerbangan yang mengalami peningkatan penumpang tertinggi sebesar 45 persen.
Melihat bagaimana dampak Taylor Swift mengadakan konser dapat memberikan keuntungan bagi negara-negara dan perusahaan penerbangan, tentunya juga memberikan keuntungan bagi pariwisata negara-negara tersebut. Lalu, kira-kira bagaimana dampak Taylor Swift apabila ia bersuara tentang isu kemanusiaan dan kasus genosida yang terjadi di Palestina? Apakah dampaknya akan terasa sangat besar atau kebalikannya? Namun, Swifties hanya bisa berandai-andai karena sampai detik ini, Taylor Swift sama sekali belum membuka suara soal apa yang saat ini sedang terjadi di Palestina.
Hal inilah yang membuat Swifties geram dan berusaha untuk mendorong Taylor Swift untuk bersuara soal isu kemanusiaan di Palestina. Swifties meramaikan media sosial mendesak Taylor Swift untuk membuka suara soal Palestina dengan tagar #SwiftiesforPalestine. Mereka juga membuat surat terbuka untuk Taylor Swift yang berjudul “Speak Now, Taylor” berisi permintaan para penggemar untuk mendesak Taylor Swift bersuara menentang krisis kemanusiaan dan genosida yang telah berlangsung selama beberapa dekade di Palestina.
Isi surat tersebut juga menyebutkan kondisi Rafah saat ini yang berada pada titik kritis dimana ada banyak warga yang kelaparan, akses listrik terbatas, krisis air bersih, dan masih banyak lagi. Rafah yang harusnya menjadi zona aman untuk para pengungsi berujung pada pengeboman dan pembantaian warga Palestina.
Pada akhir bagian surat, Swifties menyebutkan bahwa pengaruh Taylor Swift dan aksinya dalam bersuara dapat memberikan pengaruh yang luar biasa dan dapat mencapai audiens yang lebih banyak termasuk orang-orang yang tidak mengetahui soal Palestina. Bersuara untuk Palestina dapat membantu para penggemar untuk mengambil tindakan membantu Palestina. Swifties juga memberikan rekomendasi untuk Taylor Swift membuka penggalangan dana kemanusiaan untuk Palestina dan tindakan terkecil Taylor Swift dapat membuat perbedaan yang besar dan memperkuat seruan untuk perubahan nyata.
Swifties berusaha untuk melakukan aksi dan memberikan edukasi kepada sesama penggemar untuk lebih paham dan peduli soal isu Palestina. Beberapa penggemar terlihat membawa sebuah poster bertuliskan “Speak Now” dengan gambar semangka merujuk pada Palestina.
Salah satu Swifties juga terlihat membawa bendera Palestina saat menghadiri konser Taylor Swift. Gerakan ini dilakukan oleh Swifties semata-mata karena merasa geram dengan kasus genosida yang saat ini masih berlangsung tapi belum ada perubahan yang nyata untuk menghentikan tindakan keji zionis Israel kepada warga Palestina. Swifties juga merasa kecewa terhadap Taylor Swift karena biasanya Taylor Swift cukup vokal menyuarakan isu sosial terutama melawan isu kesetaraan gender dan bagaimana dahulu Taylor Swift lantang mengeluarkan kritik keras tentang perlakuan diskriminasi gender di industri hiburan.
Swifties paham betul bahwa pengaruh Taylor Swift akan berdampak besar dan dapat memberikan perubahan yang nyata dan gerakan memerdekakan Palestina dapat semakin terdengar oleh banyak orang. Isu kemanusiaan terutama genosida terhadap rakyat Palestina harus didengarkan oleh seluruh warga dunia, termasuk para artis besar yang dimana mereka dapat memanfaatkan pengaruhnya untuk menyuarakan isu kemanusiaan agar perdamaian dunia dapat terwujud. Hidup damai dan merdeka merupakan hak setiap orang termasuk warga Palestina dan kita sebagai sesama manusia harus memiliki empati untuk mewujudkan hak hidup damai setiap orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H