“Dulu ditemukan tahun 1965. Saya sendiri yang menemukan, saat mencangkul di tanah itu,” jelas pria sepuh itu.
Kala itu, Mat Bakri menjabat bayan di Kampung Klithak, yang waktu itu masuk Desa Sembungharjo. Sekarang kawasan tersebut masuk kelurahan Penggaron Lor. Saat mencangkul di tegalan di tanah bengkok itu, dia menemukan benda keras. Setelah digali, isinya berbagai arrtefak kuno. Ada yang berbentuk sapi, masjid, orang bersila, dan benda-benda lain.
“Saat ditemukan, isinya bukan cuma batu. Waktu itu juga ada emasnya. Tapi sudah dibawa petugas untuk diamankan ke museum,” jelasnya, meski dia mengaku tak tahu petugas itu dari museum mana.
Kini artefak di sebelah timur Kali Babon itu masih dia jaga. Angon sapi, begitu dia memberi istilah. Jabatan ‘kuncen’ yang dia sandang itu, merupakan amanah dari seorang tua yang datang melalui mimpinya, saat dia menemukan artefak itu. “Saya dipesan untuk menjaga,” jelasnya.
Menurut ceritanya, pernah ada orang yang mencoba berbuat jahat untuk mencuri. Tapi selalu menuai celaka. Bahkan ada anak kecil yang iseng kencing sembarangan, pulangnya langsung sakit. “Sapi watu ini akan saya jaga, untuk warisan sejarah anak cucu,” pungkasnya.
Itulah senukil teks sederhana yang saya tulis beberapa tahun silam. Menurut informasi, Mat Bakri sudah wafat. Adapun tanah bengkok maksudnya adalah tanah atau lahan yang yang diperuntukkan bagi perangkat desa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H