Namun, untuk memahami sepenuhnya makna sebuah teks, kita juga perlu mempertimbangkan konteks di mana teks tersebut muncul. Wawasan kontekstual dalam analisis wacana mencakup berbagai faktor seperti latar belakang sosial, budaya, politik, dan teknologi yang mempengaruhi produksi dan penerimaan teks. Dalam era 4.0, di mana komunikasi semakin kompleks dan terhubung, memperhitungkan konteks menjadi lebih penting dari sebelumnya.
Dengan menggabungkan wawasan tekstual dan kontekstual, kita dapat mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang makna sebuah teks di era 4.0. Ini memungkinkan kita untuk melihat bagaimana bahasa digunakan untuk mempengaruhi opini, membangun hubungan, dan menyebarkan informasi dalam lingkungan digital yang semakin kompleks dan terhubung.
Penerapan analisis wacana tekstual dan kontekstual di era 4.0 memiliki implikasi yang luas dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam bisnis, pemahaman terhadap wacana digital memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan strategi komunikasi yang efektif dan responsif terhadap kebutuhan konsumen. Dalam politik, analisis wacana membantu kita memahami dinamika komunikasi politik di media sosial dan memprediksi tren opini publik.
Selain itu, dalam pendidikan, penggunaan analisis wacana dapat membantu siswa untuk menjadi pembaca dan penulis yang lebih kritis dan cerdas dalam era 4.0 ini. Memahami bagaimana bahasa digunakan dalam konteks digital memungkinkan mereka untuk memahami dan menafsirkan pesan-pesan yang tersebar di dunia maya dengan lebih baik. Dalam budaya, analisis wacana membantu kita memahami bagaimana identitas dan nilai-nilai budaya dipertahankan dan dipromosikan melalui media digital.
Analisis wacana tekstual dan kontekstual memainkan peran yang krusial dalam memahami komunikasi di era 4.0. Dengan memadukan wawasan tentang struktur bahasa dan konteks sosial, politik, dan budaya, kita dapat mengungkap makna dan implikasi dari pesan-pesan yang tersebar di dunia maya dengan lebih baik. Oleh karena itu, penting untuk terus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dalam analisis wacana untuk tetap relevan dan responsif dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam komunikasi digital yang semakin dinamis.
Ditulis bersama Bapak Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum. (Dosen PBSI FKIP Universitas Sebelas Maret, Ketua Umum ADOBSI dan Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa). "Membacalah untuk menulis dan menulislah untuk dibaca umat sepanjang hayat. Ayo berliterasi dengan Ratulisa (Rajin Menulis dan Membaca) untuk Multigenerasi NKRI".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H