Indonesia Emas 2045 adalah cita-cita Indonesia untuk menjadi negara maju dan sejahtera pada tahun 2045. Visi Indonesia Emas 2045 didukung oleh Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 yang disusun oleh Kementerian PPN/Bappenas. RPJPN 2025-2045 bertujuan untuk mendorong Indonesia bertransformasi menuju peradaban masyarakat yang modern dan menciptakan lingkungan kelembagaan yang dapat menghasilkan regulasi dan tata kelola yang berintegritas dan adaptif.
Visi Indonesia Emas 2045 (https://indonesia2045.go.id/) menargetkan Indonesia sebagai negara yang memiliki pendapatan per kapita setara dengan negara maju, dengan kemiskinan mendekati 0 persen dan ketimpangan yang semakin berkurang. Untuk mencapai target tersebut, RPJPN 2025-2045 telah merumuskan 8 Agenda Pembangunan dan 17 Arah Pembangunan yang diukur melalui 45 Indikator Utama Pembangunan. Agenda Pembangunan tersebut mencakup transformasi ekonomi, sosial, dan tata kelola, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta memperkuat infrastruktur dan konektivitas. Selain itu, Indonesia juga berambisi untuk menjadi negara yang memiliki kepemimpinan dan pengaruh yang kuat di dunia internasional.
Dalam Rapat Kerja Nasional Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Tahun 2023 dan peresmian Gedung Serbaguna Minhaajurrosyidiin di Grand Ballroom Gedung Serbaguna Minhaajurrosyidiin, Jakarta, pada Selasa, 7 November 2023 lalu, Predisen Joko Widodo menekankan bahwa pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Dari sini dapat dilihat bahwa untuk mencapai Indonesia Emas 2045, pemerintah perlu fokus pada pengembangan sumber daya manusia. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan memiliki peran yang kuat dan menjadi kunci dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di era globalisasi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Pendidikan dan literasi memiliki hubungan yang sangat erat, Pendidikan merupakan kunci untuk meningkatkan literasi di Indonesia. Salah satu faktor penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah literasi. Literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mengevaluasi informasi. Di era digital saat ini, di mana informasi tersebar luas melalui berbagai media, literasi menjadi semakin penting. Generasi muda harus dilengkapi dengan keterampilan literasi yang kuat agar dapat membedakan informasi-informasi yang benar dan relevan dari yang salah atau bias.
Kenyataannya, tingkat literasi yang rendah dapat menjadi hambatan besar dalam pembangunan bangsa. Dilansir dari laman Badan Bahasa Kemendikbud (badanbahasa.kemdikbud.go.id) bahwa kondisi literasi di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Hafidz Muksin, selaku Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menemukan bahwa Generasi muda kini sangat aktif menggunakan perangkat elektronik dan menjelajahi internet, namun minat membaca mulai menurun. Menurut Hafidz, hasil penelitian tahun 2021 menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi krisis literasi dengan tingkat literasi masyarakat yang rendah. Khususnya, penggunaan perangkat elektronik saat ini telah mengurangi minat membaca. Anak-anak sering diberi perangkat elektronik hanya sebagai hiburan saja, yang akhirnya membuat mereka terbiasa dengan hal tersebut. Melihat kenyataan ini, tentu Visi Indonesia Emas 2045 akan terhambat. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan literasi harus menjadi prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional.
Analisis Wacana Kritis (AWK) adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan literasi dan kemampuan berpikir kritis. Analisis Wacana Kritis adalah proses analisis terhadap teks atau wacana untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya. Dalam analisis wacana kritis, seseorang tidak hanya memahami makna literal dari teks, tetapi juga memahami konteks sosial, politik, dan budaya di mana teks tersebut dihasilkan.
Salah satu contoh penerapan Analisis Wacana Kritis adalah dalam membaca berita. Generasi muda saat ini sering kali terpapar oleh berita yang tidak objektif atau terdistorsi. Dengan keterampilan Analisis Wacana Kritis, mereka dapat mengidentifikasi bahasa yang digunakan untuk memanipulasi opini pembaca, memahami kepentingan politik atau komersial di balik berita tersebut, dan membentuk sikap yang lebih kritis terhadap informasi yang diterima.
Analisis Wacana Kritis (AWK) memiliki banyak manfaat dalam peningkatan literasi generasi muda Indonesia. Pertama, dengan menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis, generasi muda dapat melatih kemampuan analisisnya terhadap teks-teks yang kompleks. Hal ini akan membantu meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami pesan-pesan yang tersembunyi dalam teks. Kedua, Analisis Wacana Kritis juga membantu generasi muda untuk lebih peka terhadap konteks sosial, politik, dan budaya di sekitar mereka. Dengan demikian, mereka akan lebih mampu memahami bagaimana teks-teks tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Ketiga, melalui Analisis Wacana Kritis, generasi muda diajak untuk tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap teks-teks yang mereka baca. Hal ini akan membantu meningkatkan kemampuan mereka dalam berpikir kritis. Keempat, dengan menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis, generasi muda dapat lebih mudah mengidentifikasi bias dan stereotip yang mungkin terdapat dalam teks-teks yang mereka baca. Hal ini akan membantu mereka untuk menjadi pembaca yang lebih kritis dan cerdas. Kelima, Analisis Wacana Kritis juga membantu individu untuk lebih peka terhadap konteks sosial, politik, dan budaya di sekitar mereka. Dengan demikian, mereka akan lebih mampu memahami bagaimana teks-teks tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal.
Pendidikan merupakan salah satu wadah utama untuk memperkenalkan dan mengembangkan keterampilan analisis wacana kritis di kalangan generasi muda. Kurikulum sekolah harus dirancang sedemikian rupa sehingga memberikan ruang bagi pengajaran tentang analisis wacana kritis, baik secara langsung maupun terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang ada. Selain itu, pelatihan untuk guru juga penting agar mereka dapat mengajar keterampilan analisis wacana kritis dengan efektif. Guru harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk membimbing siswa dalam memahami teks secara kritis dan mengembangkan kemampuan berpikir analitis.
Selain pendidikan formal di sekolah, peran orang tua dan masyarakat juga sangat penting dalam membentuk literasi dan keterampilan analisis wacana kritis generasi muda. Orang tua dapat menjadi contoh yang baik dengan membaca dan berdiskusi dengan anak-anak tentang berbagai topik. Selain itu, masyarakat juga dapat menyediakan lingkungan yang mendukung pertukaran ide dan pandangan yang beragam, sehingga generasi muda dapat belajar untuk memahami sudut pandang yang berbeda-beda.
Dalam menghadapi tantangan dan peluang di masa depan, Indonesia membutuhkan generasi muda yang memiliki literasi yang kuat dan keterampilan analisis wacana kritis yang terasah. Literasi dan analisis wacana kritis merupakan dua komponen penting yang saling mendukung. Dengan meningkatkan literasi dan kemampuan analisis wacana kritis di seluruh lapisan masyarakat, Indonesia dapat membangun fondasi yang kuat untuk melahirkan generasi yang cerdas, inovatif, serta siap bersaing di tingkat global. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk terlibat aktif dalam meningkatkan literasi dan kemampuan analisis wacana guna mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 sebagai negara maju dan sejahtera. Hanya dengan meningkatkan literasi dan memperkuat keterampilan analitis (Analisis Wacana Kritis), generasi muda Indonesia dapat memastikan bahwa mereka mampu menjadi pemimpin yang tangguh dan bertanggung jawab dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, upaya bersama dari pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat secara keseluruhan diperlukan untuk mencapai tujuan ini.
Ditulis bersama Bapak Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum. (Dosen PBSI FKIP Universitas Sebelas Maret, Ketua Umum ADOBSI dan Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa). "Membacalah untuk menulis dan menulislah untuk dibaca umat sepanjang hayat. Ayo berliterasi dengan Ratulisa (Rajin Menulis dan Membaca) untuk Multigenerasi NKRI".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H