Mohon tunggu...
Kala Sanggurdi
Kala Sanggurdi Mohon Tunggu... Pelajar dan Pengajar -

Hai. Aku menulis. Menulis puisi, Menulis cerita, Menulis naskah, Menulis ilmu, Dan kadang menulis omong kosong. Tapi tidak apa, karena tulisan adalah suara yang diabadikan, kan? ask.fm/palakienevermore

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | 16 Bunga

7 Desember 2017   10:00 Diperbarui: 7 Desember 2017   12:10 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bunga...

Bunga! Kuingin!

Sang angin, datang dengan bahagia

Tak ingin aku bangun, bangun!

 

Surga...

Surga! Di langit!

Tenangnya, air jernih telaga

Tak ingin aku bangkit, bangkit!

 

Waktu...

Waktu! Pengikat!

Sabarlah, jangan engkau membatu

Tak ingin aku lihat, lihat!

Wah, kita mulai memasuki masa psychedelic-nya Kala. Puisi 16. Bunga adalah puisi kedua (yang pertama adalah 12. Mereka yang Tertinggal) yang bentuknya tidak dapat sempurna karena keterbatasan media penyampaian. Tapi tidak seperti 12. Mereka yang Tertinggal yang sebenarnya hanyalah puisi yang diulang-ulang, 16. Bunga agak spesial karena dia bukanlah puisi visual biasa.

Harusnya, puisi ini disampaikan dengan cara yang mungkin masih mustahil untuk zaman sekarang. Puisi ini harus disampaikan secara langsung ke otak, sebagai fragmen imaji penuh warna yang hilang-muncul di otak. Seakan-akan seperti sedang memakai narkoba, 16. 

Bunga muncul dalam benakku layaknya kembang api warna. Tapi lucunya, dari letusan warna-warna tersebut, aku dapat menginterpretasikannya ke dalam kata-kata yang kemudian tersusun menjadi puisi. 

Begitu pula seharusnya penyampaian puisi ini ke orang-orang: langsung ke otak sebagai imaji, berupa ledakan-ledakan warna yang dapat diartikan menjadi kata-kata yang sama persis seperti yang ada di puisi ini. Ya, Kala suka mengada-ngada, dan bahkan kadang kala Kala suka bingung apakah ia masih waras atau tidak.

Secara struktur, 16. Bunga pun sudah enak seperti puisi-puisiku yang dibuat di Rusia. Tiga bait dengan empat baris, dengan rima ABAB. Seperti biasa, Kala pun memperhitungkan jumlah suku kata, dan per baitnya, pola suku kata adalah 2-5-10-9, yang mungkin tidak serapih yang diekspektasikan, tetapi setidaknya berulang dalam tiga bait tersebut.

 Omong-omong, siap-siap bahwa beberapa puisi kedepan sifatnya akan sedikit...mengada-ngada. Maafkan Kala kala periode awalnya di Rusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun