Tahun 2030 akan menjadi tahun yang sangat berbahaya bagi eksistensi umat manusia. Pada tahun tersebut, menurut ahli, adalah tahun dimana manusia mengalami bencana ekstrem. Hal tersebut bisa terjadi ketika pemanasan global melebihi batas maksimul 1,5C.
Sebelumnya, suhu 1,1C telah mengakibatkan kebakaran besar di Amerika, banjir bandang di Jerman, Belgia, dan Tiongkok, dan kematian berbagai spesies hewan dan tumbuhan. Berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun 2018 bahwa, kita hanya memiliki sepuluh tahun lagi untuk menjaga manusia dari bencana iklim yang ekstrem.
Beberapa hari lalu, kita mendapat kabar bahwa gletser di antartika mengalami pencairan lebih cepat. Menurut peneliti, pencairan tersebut lebih cepat daripada apa yang diperhitungkan. 5-10 tahun ke depan, lapisan es tersebut akan runtuh dan akan mengakibatkan kenaikan air laut ke permukaan setinggi 61 cm.
Hal tersebut juga merupakan akibat dari pemanasan global yang terus terjadi di bumi. Jika hal ini terus berlangsung, bumi lambat laun akan menjadi tempat yang sangat panas. Ada banyak bencana yang akan terjadi jika pemanasan itu tidak dikurangi.
Misalnya adalah air laut akan menutup daratan, banjir, longsor, kekeringan, badai, dan lain sebagainya. Greta Thurnberg, aktivis lingkungan yang mendapatkan penghargaan Person of The Year Majalah Time 2019, menyebut bencana itu sebagai pemusnahan massal umat manusia.
Mungkin itu sebabnya Elon Musk dan kawan-kawan sudah lama sibuk membiayai proyek ke planet Mars. Beberapa tahun lalu, ia mengumumkan secara resmi tentang keinginannya untuk membuat sebuah roket yang lebih baik dan lebih murah dibanding roket-roket yang sudah dibuat sebelum-sebelumnya. Ia menginginkan suatu hari, umat manusia memiki alat transportasi antar planet.
Musk bahkan sudah lama bersiap untuk menjual tiket ke planet Mars. Dia memiliki cita-cita untuk mengkoloni planet Mars. Pada tahun 2022, ia akan mengirim robot ke Mars. Robot tersebut akan membuat tempat khusus untuk astronot ketika mereka datang di tahun-tahun berikutnya ke Mars. Tempat tersebut akan digunakan sebagai tempat tinggal dan tempat berlindung dari badai yang sering terjadi di Mars. Tahun 2050, Mars dalam proyeksinya sudah siap untuk ditinggali oleh jutaan manusia.
Di balik itu, Musk dan kawan-kawan sepertinya meyakini bahwa bumi memang tidak akan mampu diselamatkan dari kehancuran. Orang sains dalam hal ini juga menyebutnya sebagai katastrofi, yakni sebuah siklus alam yang disebabkan karena terjadinya ketidakseimbangan yang parah akibat ulah umat manusia. Ia akan menjadi malapetaka bagi umat manusia. Dalam siklus tersebut, umat manusia akan menjadi korban. Mungkin pada titik Inilah, apa yang dimaksud sebagai kiamat bagi umat manusia.
Hal yang penting kita pahami bahwa, siklus alam sebenarnya bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan jika manusia menjaga alam itu sendiri. Namun, kita tak bisa menampik bahwa kita adalah bagian dari orang yang menyumbang kerusakan alam yang terjadi di dunia, khususnya soal emisi karbon yang menyebabkan pemanasan global.
Sebagian besar umat manusia, kini sudah meyakini bahwa pemanasan global tidak mungkin dapat dihentikan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu penyebabnya menurut Bruno Latour, dalam We Have Never Been Modern (1991) Â adalah paradigma demarkasi antara subjek dan objek terhadap manusia dan alam.
Menurut Latour, kesalahan cara pandang terhadap alam yang dilihat sebagai objek telah menjadi awal bencana bagi umat manusia. Deforestasi, pengolahan bahan kimia, industrialisasi dan lain sebagainya telah mengakibatkan berbagai bencana.
Bahkan pandemi yang kita alami hari ini adalah akibat dari pola pikir tersebut. Manusia terlalu serakah dalam mengeksploetasi alam hingga menyebabkan virus mematikan tersebut membunuh banyak jiwa di dunia. Karenanya, jika kita pikir-pikir, kembali normal setelah virus corona ini sebenarnya merupakan hal yang buruk untuk dilakukan. Kenapa? Jawabannya sederhana, bukankah pandemi ini akibat cara kita hidup normal sebelumnya?
Tak hanya pandemi, banjir di berbagai tempat di Indonesia bahkan di Malaysia adalah akibat dari ulah manusia, kita sendiri. Bahkan erupsi gunung Semeru adalah bagian dari itu juga. Bencana-bencana tersebut sebenarnya sudah lama terjadi, namun sepertinya tak mampu membuat kita sadar bahwa alam bukanlah objek. Alam masih saja menjadi objek eksplotasi demi mengeruk kekayaan, demi pembangunan, dan lain sebagainya.
Kita seharusnya sudah mulai berpikir bagaimana seharusnya kita menjaga alam.  Jika kita tidak mulai, kita sama saja menjadi bagian yang mempercepat kehancuran bumi. Ada 9 tahun lagi menuju tahun 2030 sebelum pemanasan global benar-benar mencapai batas maksimum lalu bencana iklim ekstrem  itu akan terjadi.
Namun jika sampai tahun 2022, kita masih belum berpikir untuk melakukan perubahan. Sepertinya ide Thanos (Film Avengers 2019; Endgame) dalam membunuh setengah populasi umat manusia menjadi ide yang perlu dilakukan demi menyelamatkan bumi dari keserakahan manusia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI