Dalam hal ini, cara pandang ihsan sangat penting dimiliki oleh setiap muslim-muslimah. Cara pandang tersebut akan menentukan mudah tidaknya keputusasaan seorang muslim-muslimah. Selain itu, ia juga turut menentukan ketenangan.
Bagaimana tidak, di dalam Ihsan, kita akan menemukan berbagai hal yang membuat kita optimis dari kesalahan yang pernah kita lakukan. Misalnya bagaimana dalam hadits qudsi diterangkan bahwa, bagaimanapun dosa kita, mau sebesar bumi, alam semesta, sebanyak buih di lautan, jika kita mendekat kepada Allah sejengkal saja, Allah akan mendekati kita sehasta. Allah menunggu kita bertobat dan Ia sangat menyukai hamba yang bertobat.
Selain itu, banyak sekali yang membuat setiap kita harus optimis kepada Allah. Misalnya bagaimana keterangan hadits tentang seorang pelacur yang masuk syurga karena Allah merahmatinya. Karena memang bukan amal perbuatan yang membuat manusia masuk syurga, tetapi rahmat Allah itu sendiri.
Tulisan ini tentu tidak menganjurkan kita untuk melakukan dosa setelah tahu bahwa Allah maha pengampun. Tulisan ini hanya mengurai bahwa memandang Islam hanya "fikih" saja adalah hal yang sangat berbahaya dan merupakan cara yang salah dalam beragama. Â
Selain itu, kita tak boleh mudah putus asa. Ia bertentangan dengan nilai dari firman Allah yang mengatakan "la tai asu min rouhillah," jangan putus asa dari rahmat Allah SWT. Terakhir, semoga kita bisa mengambil pelajaran dari tragedi Novia. Dan untuk Novia, Allah selalu siap menjadi tempat kita bersandar ketika dunia mencampakkan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H