Selamat Hari Ibu ma, bu, mom, mi, kata ini menjadi sering kita dengar ketika moment tersebut sudah datang pada kehidupan kita, secara umum pemuda selalu merayakannya dengan mengucapkan, memberi hadiah, membaca doa, memberikan harapan, bagi kado, bagi bunga, dll. Itu tidaklah salah tapi bagi saya dengan melihat fenomena tersebut hal itu terlalu sederhana dan sangatlah berantakan.
Kita tidak menyadari bahwasanya Ibu sebagai Perempuan seharusnya memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan masyarakat, sayangnya masih banyak perempuan atau bahkan laki-laki yang tidak memahami bahwasannya perempuan hari ini memiliki problem yang sangat kompleks, bahkan sudah jarang perempuan yang berani menentang penindasan dan ketidak adilan yang ada dilingkungannya sampai pada negara.Â
Ini hal yang wajar, karena semenjak rezim ordebaru berkuasa nafas sesungguhnya dari perempuan yang bisa menjadi salah satu ujung tombak dalam perjuangan sudah dimatikan dan dibasmi oleh doktrin orde baru, profil perempuan yang difigurkan hanyalah profil perempuan yang selalu nomor 2, perempuan yang selalu dianggap lemah, dan bahkan masih banyak rekayasa yang menjijikkan.Â
Bangkitlah, bangunlah, karena Ibu bukan hanya identik dengan kasih sayang, kecantikan, tapi lebih dari itu karena Ibu merupakan perempuan sudah selayaknya kita menilai bukan sekedar dari fisik dan perilakunya, tapi lebih mengedepankan pemikiran dan apa yang dia lakukan, ahhh inilah sebuah pesan dari seorang Perempuan yang disebut Ibu.
Â
Pesan Sang Ibu
Karya : Wiji Thukul
Â
Tatkala aku menyarungkan pedang
Dan bersimpuh diatas pangkuannya
Tertumpah rasa kerinduan ku pada sang ibu
Â
Tangannya yang halus mulus
Membelai kepala ku...
Tergetarlah seluruh jiwa raga ku
Musnahlah seluruh api semangat juangku
Â
Namun sang ibu berkata....
Anakku sayang, apabila kaki sudah melangkahÂ
Di tengah padang........
Tancapkanlah kaki mu dalam-dalam
Â
Dan tetaplah terus bergumam
Sebab, gumam adalah mantra dari dewa-dewa
Gumam mengandung ribuan makna
Apabila, gumam sudah menyatu dengan jiwa raga
Maka gumam akan berubah menjadi teriakan-teriakan
Yang nantinya akan berubah menjadi gelombang salju yang besar
Yang nantinya akan mampu merobohkan istana yang penuh kepalsuan
Gedung-gedung yang di huni kaum munafik
Â
Tatanan negeri ini sudah hancur, Anakku...
Dihancurkan oleh sang penguasa negeri ini
Mereka hanya bisa bersolek di depan kaca
Tapi, membiarkan punggungnya penuh noda
Dan penuh lendir hitam yang baunya kemana-mana
Â
Mereka selalu menyemprot kemaluannya
Dengan parfum luar negeri
Di luar berbau wangi, didalam penuh dengan bakteri
Â
Dan HEBAT_nya....
Sang penguasa negeri ini, pandai bermain akrobatik
Tubuhnya mampu dilipat-lipat
Yang akhirnya pantat dan kemaluannya sendiri
Mampu dijilat-jilat....
Â
Anakku....Apabila pedang sudah kau cabut
Janganlah surut,janganlah bicara soal menang dan kalah
Sebab, menang dan kalah hanyalah mimpi-mimpi
Mimpi-mimpi muncul dari sebuah keinginan
Keinginan hanyalah sebuah khayalan
Yang hanya akan melahirkan, harta dan kekuasaan
Harta dan kekuasaan hanyalah balon-balon sabun
Yang terbang diudara...
Â
Anakku, asahlah pedang
Ajaklah mereka bertarung ditengah padang
Lalu....Tusukkan pedangmu ditengah-tengah selangkangan mereka
Biarkan darah tertumpah dinegeri ini...
Satukan gumammu menjadi REVOLUSI
Â
Mari kita bergandeng tangan, belajar, dan berjuang bersama untuk membangun Perempuan yang membawa perubahan!
sambil dengerin lagu,
Difficult and Hard - Our Mother ...Â
Â
22 Desember 2015 6:03.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H